Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menginginkan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bisa menjadi salah satu produsen aluminium besar dunia.

"Kami ingin Inalum jadi perusahaan kelas dunia, bisa masuk lima atau sepuluh pemain besar dunia," kata Direktur Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana usai pertemuan formal awal dengan pihak Jepang mengenai kelanjutan proyek Inalum di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, saat ini produksi aluminium dunia sekitar 40 juta ton per tahun dan China merupakan salah satu pemain besar dengan volume produksi sekitar 15 juta ton per tahun.

"Jadi memang masih sangat jauh sekali menuju ke sana. Kami sadar untuk itu harus ada peningkatan, tapi caranya bagaimana belum selesai dibahas," katanya.

Hingga kini pemerintah dan pihak Jepang masih melakukan pembicaraan mengenai kelanjutan pengelolaan proyek Inalum setelah masa kerjasama antara kedua belah pihak berakhir tahun 2013 mendatang.

Perundingan formal baru dimulai, dan kedua belah pihak baru menyampaikan posisi masing-masing.

Tim negosiasi pemerintah Indonesia dalam perundingan formal awal antara lain terdiri atas Sekretaris Jenderal Menteri Koordinator Perekonomian Eddy Abdurrahman, Direktur Jenderal Pengelolaan Aset Negara Kementerian Keuangan Arif Baharudin, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhari.

Selain itu, Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Agus Tjahajana, Direktur Industri Logam Dasar Kementerian Perindustrian IG Putu Suryawirawan, dan Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait.

Menurut Agus, pada perundingan formal awal tersebut pemerintah kembali menyampaikan keputusan untuk mengakhiri kerjasama pengelolaan Inalum pada 2013 dan mengambil alih pengelolaan perusahaan tersebut.

Sementara pihak Jepang, kata dia, kembali menyampaikan niat mereka untuk melanjutkan proyek kerjasama tersebut serta keinginan untuk melakukan investasi guna menambah kapasitas produksi Inalum.

Perwakilan pihak Jepang yang hadir pada perundingan formal awal terdiri atas Takuma Yamaguchi, Kitama Naritoshi dan Katsuhiko Murayama dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang serta Presiden Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd (NAA) Motohiro Matsumoto, dan Representative Director Executive-Vice President NAA Moriaki Tanabe.

Di samping itu juga ada General Manager Aluminium Division pada Sumitomo Chemical Yukio Mizuno dan General Manager Planning & Coordinating Office on Basic Chemical Sector pada Sumitomo Chemical Jun Yamamoto serta perwakilan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

"Kesimpulannya sekarang kedua belah pihak sama-sama tahu posisi masing-masing. Ini baru perundingan awal, selanjutnya mereka tentu perlu melakukan konsolidasi," kata Agus.



Tata Ulang

Agus menjelaskan pula bahwa pemerintah berencana menata ulang seluruh operasi Inalum, termasuk pabrik peleburan (smelter) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II, setelah proyek kerjasama dengan pihak Jepang tersebut berakhir pada 2013.

"Seluruh operasi yang ada sekarang, setelah 2013 ini harus ditata ulang. Oleh karena itu makanya dibentuk tim untuk itu," katanya.

Pemerintah, menurut dia, saat ini belum selesai melakukan pembahasan akhir mengenai konsep pengelolaan Inalum setelah 2013 yang nantinya akan disampaikan ke pihak Jepang.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah akan merencanakan pengelolaan perusahaan tersebut secara baik dengan memperhatikan perkembangan ekonomi, arah industri aluminium dan dampaknya bagi perkembangan daerah.

"Ini bukan masalah kecil, karena itu harus sangat hati-hati dan tim berpendapat bahwa untuk 2013 ke depan posisi itu direncanakan dengan baik. Kami sampaikan itu ke Jepang. Kalau mereka mau ikut silakan aja," katanya.

PT Inalum merupakan perusahaan patungan Indonesia dan NAA dengan nilai investasi sekitar dua miliar dolar AS pada 1987 yang beroperasi sejak tahun 1982. Dalam hal ini komposisi kepemilikan saham pemerintah Indonesia dan NAA masing-masing 41,12 persen dan 58,88 persen.

Fasilitas PT.Inalum antara lain Pabrik Peleburan Aluminium (PPA) di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir.

Menurut Agus, saat ini Inalum memiliki kapasitas produksi terpasang 250 ribu ton aluminium batangan per tahun dan 40 persen produksinya di pasarkan di dalam negeri. (M035/S025/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011