Kami menolak menerima jasadnya sampai kami menerima laporan tertulis mengenai alasan utama kematiannya
Manama (ANTARA News) - Efek Mesir menular ke Libya di Afrika Utara dan Bahrian di Teluk, di samping juga wilayah Arab lainnya seperti Yaman. Sementara di Libya dan Bahrain demonstrasi menentang pemerintah telah mengambil nyawa sejumlah orang.

Setidaknya empat orang terbunuh dalam bentrok pada demonstrasi menentang rezim Kolonel Muammar Khadafi di Libya, demikian sejumlah laman LSM di negara itu seperti dikutip AFP.

Bentrok berdarah itu terjadi di kota bagian timur Libya, Al-Baida.

"Pasukan keamanan dalam negeri dan milisi Komiter Revolusi menggunakan peluru tajam untuk membubarkan demonstrasi damai yang dilakukan kaum muda Al-Baida sehingga empat orang mati dan sejumlah lainnya cedera," demikian Libya Watch, kelompok pemantau hak asasi manusia di Libya.

Laman-laman situs termasuk Libya Al-Youm yang juga berbasis di London juga melaporkan hal yang sama setidaknya empat demonstran terbunuh oleh amunisi sungguhan (bukan peluru karet).

Sementara itu di Manama, Bahrain, menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah demonstran antipemerintah sehingga empat orang tewas, demikian beberapa saksi mata dan pihak oposisi.

Lebih dari 95 demonstran ditahan ketika polisi melancarkan operasi di situs ikonik Lapangan Permata, tanpa peradilan sehingga membuat para demostran panik.

"Mereka menyerang lapangan itu, di mana ratusan orang menghabiskan malam di tenda-tenda," kata Fadel Ahmad (37), seorang saksi mata seperti dikutip AFP.

Di Rumah Sakit Salmaniya di pusat kota, pegawai rumah sakit disibukkan oleh lalu lalang ambulans dan mobil pribadi pengangkut korban selama lebih dari tiga jam setelah serangan pihak keamanan.

Selama operasi keamanana itu, sirine ambulans meraung-aung terdengar dari jarak ratusan meter dari lapangan terkenal di Manama yang kemudian ditutup pemerintah itu.

Para demonstran melarikan diri dari kejaran polisi, sementara helikopter terbang berkeliling.  Kamis paginya, polisi membersihkan tenda dengan gas air mata hingga memenuhi lapangan.

Bahrain mengerangkan polisi bersenjata untuk menghalau demonstran, dan menolak imbauan AS untuk menahan diri, dengan alasan mereka tak memiliki pilihan.

"Pasukan keamanan mengevakuasi Lapangan Mutiara setelah mendapati semua upaya dialog sia-sia," kata Juru Bicara KementerianDalam Negeri Tarek Hasan Al Hassan, seperti dilaporkan kantor berita BNA.

"Beberapa orang meninggalkan tempat itu dengan sukarela, namun yang lainnya menolak mematuhi hukum sehingga mendorong pihak keamanan campur tangan untuk membubarkan mereka," ujar Al Hassan.

Ribuan demostran terilihami oleh gerakan serupa di Mesir dan Tunisia, dengan menduduki lapangan terkenal itu sejak Selasa, setelah polisi membunuh dua pemuda Syah selama demonstrasi antipemerintah.

Sheikh Ali Salman, Ketua Islamic National Accord Association (INAA) berkata kepada AFP, "Serangan ini adalah keputusan yang salah dan akan menyebabkan bencana terhadap stabilitas Bahrain."

Kedua pemuda yang meninggal dunia itu adalah Mahmoud Makki Ali berusia 22 tahun dan Ali Mansour Ahmad Khoder (52)..

"Kami menolak  menerima jasadnya sampai kami menerima laporan tertulis mengenai alasan utama kematiannya," kata seorang saudara Khoder.

Seorang petinggi INAA, Ali al Aswad mengungkapkan bahwa pada demonstrasi ketiga itu seorang pria bernama Hussein Zaid meninggal di tahanan setelah tertembak di dadanya selama demonstrasi.

Ia mengatakan seorang demostran lainnya mati setelah ditembak kepalanya oleh polisi, sementara 95 orang lainnya terluka.

Korban meninggal terakhir itu membuat jumlah korban tewas menjadi enam orang selama demonstrasi dimulai sejak Senin lalu menyusul rangkaian pesan yang dikirimkan lewat Facebook.

Demonstran menamakan Lapangan Mutiara dengan Lapangan Tahrir yang menjadi pusat demonstrasi yang akhirnya menumbangkan Hosni Mubarak Jumat lalu setelah 18 hari protes di seantero Mesir.

INAA, yang merupakan kelompok oposisi syiah terbesar mengatakan 18 anggota parlemennya akan melanjutkan boikot, sampai tuntutan membangun monarki konstitusional sebenarnya terwujud.

Bahrain menjadi pilar keamanan penting Amerika karena menjadi markas persinggahan Armada VI Angkatan Laut AS yang bertugas mengawal jalur minyak Teluk dan mengendalikan Iran.  (*) yudha

Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011