Jakarta (ANTARA News) - "KDB atau SIWF karena HPC". Artinya, katakan dengan bunga, atau ingin sedikit nginggris "say it with flower" karena hari penuh cinta. Ringkasnya, hari Valentine, dan jawabnya singkat saja, maknyuss deh. Tiada hari tanpa hari valentine atau THTHV.
Setiap 14 Februari, putra-putri hari Valentine dimanjakan dengan suasana serba pinky. Jutaan kata dari beragam bahasa dibalut oleh lumeran coklat dan dihiasi ragam bunga.
Satu buket bunga, bungkah-bungkah coklat seakan mewartakan keinginan purba setiap manusia yakni ingin manja-manjaan dan ingin sayang-sayangan.
Sejumlah toko, kafe, dan pusat-pusat perbelanjaan memajang gambar-gambar hati untuk memanjakan indera mata bagi industri citra diri dalam tontonan layar kaca televisi. Usungan jargonnya ketika merayakan hari valentine: awas, jurus jual beli pukulan.
Lihatlah gairah para muda-mudi yang ngantre di sejumlah mal dan bioskop sebagai ungkapan perlawanan menghadapi rumus klasik Herakleitos. Filsuf Yunani kuno itu bilang bahwa perang adalah bapak segalanya (polemos pantoon pater), perang adalah raja segalanya (polemos pantoon basileus). Baginya dan bagi mereka, semua makhluk hidup saling berlawanan.
Tengok saja ungkapan khas anak baru gede (ABG) ketika merayakan hari valentine, "lav ya always". Dan ada ungkapan jenaka dari perempuan kesengsem panah asmara kepada pria pujaannya ketika merayakan hari valentine, entah itu suami atau bakal suami.
"Semakin kita menggenggam, semakin cepat pasir-pasir itu akan jatuh ke tanah dari sela-sela jari. Tapi kalau kita longgarkan genggaman tersebut, pasir-pasir itu akan tetap utuh dalam genggaman. Singkatnya, dia tidak akan lari kemana-mana". So sweet....
Ingin mengungkapkan rasa tiada sebatas kata-kata? Ada bunga. Selain mawar muda, ada mawar putih, mawar tanpa duri, atau paduan mawar merah dan mawar putih.
Mawar merah mengungkapkan perasaan cinta, mawar merah putih mengungkapkan penyatuan hati. Di tengah syahwat perlawanan, ada hasrat akan harmoni. Segala ciptaan diresapi oleh Yang Ilahi.
Bukankah filsuf Plato selalu ngotot dengan ungkapan "Yang benar-benar ada" dipimpin oleh Yang-Baik. Ragam bunga mewakili yang benar-benar ada, sementara mawar mewakili pilihan di antara pilihan untuk hari Valentine guna memampatkan makna Yang-Baik.
Ini sama artinya, ketika ada dua ungkapan, "aku bukan seorang murid kalau tidak ada orang lain yang adalah guru. Aku hanya menyadari diri sebagai yang berkepala botak, jika ada kepala lain yang punya rambut". Nah, hari Valentine bermakna jika ada hari yang bukan-valentine, meskipun ada ungkapan, setiap hari adalah hari valentine.
"Duh sebenarnya sih gua enggak tahu apa itu Valentine, tapi karena banyak yang merayakan, ya gua ikutan biar enggak norak gitu, he-he-he," ujar sepasang muda-mudi yang bernama Andi dan Ara yang ditemui di Glodok, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Perlawanan sebagai peperangan datang merespons hari Valentine. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Dumai, Riau, menegaskan perayaan Hari Valentine adalah haram. "Mereka sebaiknya diberi pengetahuan dan pencerahan agamis agar Valentine tidak menjadi tradisi tahunan bagi kaum remaja muslim," kata Ketua MUI Dumai Roza?i Akbar.
Perlawanan kedua tiba ketika pesan menyasar kepada kawula muda. "Soal kasih sayang kan diajarkan sepanjang zaman, setiap waktu, mengapa harus terjebak hanya pada 14 Februari. Ini kan pembelokan nilai kemanusiaan," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Idy Muzayyad.
Aroma perniagaan semerbak mengiringi hari Valentine dengan mengusung panji memanfaatkan peluang bisnis. Sejumlah pengusaha mengaku telah menangguk keuntungan karena produk cokelatnya laris manis. Hati pebisnis mana yang tidak berbunga-bunga.
Eddy Kamil, pemilik Boutique Chocolate, mengatakan, awalnya hanya membuka gerai cokelat di Mal Palembang Trade Center (PTC). Ketika datang momen Valentine, ia memutuskan untuk melebarkan pasar dengan membuka gerai di Mal Palembang Square (PS).
"Sebagian besar cokelat itu buatan istri saya. Sebagian produk lainnya merupakan kerja sama dengan pabrikan merek Van Houten dan Delfi," katanya.
Gaduh seputar hari Valentine merujuk kepada ungkapan pamungkas dari filsuf Ricoeur bahwa simbol merangsang pemikiran (Le symbole donne a penser).
Artinya, simbol bukanlah pemahaman tentang kenyataan. Simbol mengacu kepada pengartian di mana arti yang langsung (yang kerapkali harafiah) mengacu kepada arti lain. Simbol adalah tanda hanya menunjukkan, tetapi lebih mengartikan. Ringkasnya, manusia adalah "animal symbolicum", mengutip filsuf Ernst Cassirer.
Bagi Ricoeur dan Cassirer, perayaan Valentine mewacanakan ungkapan sejati bahwa tentu Anda tak ingin mengisi Hari Kasih Sayang dengan luapan emosi negatif bukan? Jawabnya, AAHSV atau always and happy sweet valentine.
Bagi Plato dan Herakletois, ungkapan romantisnya, RSPKBN atau rencananya sih pengen keluar berduaan nih. Tujuannya, DS atau dinner saja.
(*)
Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011