Kota Gaza, (ANTARA News) - Tidak mudah untuk bisa menemui pejabat tinggi pemerintahan Palestina di Kota Gaza. Terlebih dulu harus ada sinyal "lampu hijau" dari lingkaran dalam pejabat yang ingin ditemui.

Hal itu terjadi saat proses pertemuan relawan kemanusiaan "Medical Emergency Rescue Commite" (MER-C) Indonesia dengan Menteri Kesehatan (Menkes) di Gaza dr Bassim Naim, yang telah dirancang selepas shalat Jumat (24/1) sekira pukul 12.30 waktu setempat (17.30 WIB) di rumah sakit (RS) Shifa.

Pertemuan itu untuk menawarkan pembangunan sebuah RS permanen di Kota Gaza dengan menggabungkan komitmen dana 1 juta dolar dari pemerintah RI dengan dana yang disumbangkan rakyat Indonesia melalui MER-C.

Delegasi MER-C Indonesia, yang sudah sepekan berada di RS Shifa untuk membantu menangani warga Gaza korban serangan Israel adalah Ketua Presidium MERC-C dr Sarbini Abdul Murad, anggota Presidium dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, dr Indragiri, SpAN, Muhammad Mursalim (staf logisitik) dengan beberapa wartawan Indonesia.

Melalui komunikasi intensif dengan penghubung utama yakni salah satu tokoh di Ikatan Ulama Palestina yang juga tokoh HAMAS yang hanya mau disebut dengan panggilan ustadz Abu Ja`far --karena umumnya pejabat tinggi di Gaza, atas alasan keamanan enggan disebut nama aslinya--akhirnya pertemuan di sebuah tempat yang tidak pernah diberitahukan itu baru dapat dilangsungkan menjelang Maghrib, sekira pukul 17.00 waktu setempat (22.00 WIB).

Sebelum itu, di RS As-Shifa, meski sudah memiliki dokumen seperti paspor dan data-data tercatat, namun pada detik-detik akhir menjelang pertemuan, seluruh personil yang akan bertemu mesti dicatat lagi nama-namanya satu per satu.

Diterimanya relawan Indonesia oleh salah satu petinggi pemerintahan Palestina di Kota Gaza adalah hal istimewa karena seorang Sekretaris Jenderal (Sesjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon pun, meski sudah sampai di Jalur Gaza, ternyata tidak diterima para pemimpin Hamas.

Ban tiba di Jalur Gaza pada Selasa petang (21/1) untuk memeriksa kerusakan di Jalur Gaza, menyusul 22 hari serangan militer Israel ke daerah kantung Palestina itu.

Ban adalah pejabat internasional paling tinggi yang mengunjungi Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, sejak Israel dan Gerakan Perlawanan Islam tersebut mengumumkan gencatan senjata secara terpisah pada Minggu (19/1).


Berganti kendaraan

Pada tahapan berikutnya, setelah ustadz Abu Ja`far memberikan kepastian pertemuan bisa dilaksanakan, maka relawan MER-C Indonsia beserta tiga wartawan dimaksud langsung diantarkan menuju suatu lokasi yang awalnya masih melalui keramaian kota, namun setelah masuk gang-gang, akhirnya tiba di sebuah rumah bertingkat dua di Kota Gaza.

Selama perjalanan dari RS As-Shifa menuju rumah Menkes dr Bassim Naim, kendaraan yang dipakai berganti-ganti, demikian pula dengan pengemudinya. "Wah...benar-benar seperti kejadian pada film-film berlatar spionase, tapi yang kita alami ini bukan mimpi, tetapi kejadian nyata," kata dr Indragiri, dokter spesialis anestesi yang juga pernah menjalankan tugas kemanusiaan pada konflik Maluku itu.

Tak hanya itu, para pengawal khusus juga selalu membayangi perjalanan sejak berangkat hingga pertemuan usai dilangsungkan di sebuah rumah guna memastikan bahwa semuanya berjalan aman. Namun, meski standar prosedur keamanan itu dijalankan, tidak tampak mencolok, dan diatur sedemikian rupa hingga warga sekitar pun tidak mengetahui.

"(Pengaturan) ini semua adalah (karena) aspek keamanan," tambah dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, ahli bedah tulang (ortopedi0 yang telah melakukan lebih dari lima operasi besar pada korban di RS Shifa dan berkali-kali menjadi relawan di beberapa negara yang dilandan kecamuk perang itu.

Ketika akhirnya pertemuan dapat berlangsung, ternyata sambutan hangat diterima delegasi kemanusiaan Indonesias itu. Bahkan, secara khusus, Menkes Bassim Naim secara khusus memberikan apresiasi positif atas bantuan dan dukungan rakyat dan pemerintah Indonesia yang terus-menerus kepada rakyat Palestina.



Sambut baik

Dalam pertemuan itu, Jose Rizal Jurnalis menyampaikan bahwa setelah melihat kondisi RS yang ada di Gaza yang jumlahnya tidak mencukupi untuk bisa terakses ribuan rakyat yang terluka, maka lahir gagasan untuk membangun RS permanen. Karena itu, MER-C Indonesia mewacanakan kemungkinan menggabungkan dana yang diamanahkan rakyat Indonesia dengan dana Pemerintah Republik Indonesia (RI) untuk mewujudkan sebuah pembangunan RS permanen di Jalur Gaza,Palestina.

Menanggapi hal itu, Menkes Palestina di Gaza Bassim Naim menyambut baik rencana yang ide awalnya atas inisiatif MER-C Indonesia, yang kemudian akan membawanya kepada pemerintah di Jakarta untuk dilanjutkan pada tahap lebih lanjut.

"Rumah sakit jelas akan sangat membantu rakyat Palestina, yang setiap waktu menjadi korban kebiadaban Israel, apalagi banyak korban adalah warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak,"katanya.

Ia mengharapkan bahwa MoU itu dapat diwujudkan dalam bentuk nyata, meski untuk itu tidak mudah, terlebih dengan kondisi Jalur Gaza yang terisolir. "Tapi kalau ini semua dikerjakan dengan tulus dan ikhlas, Insya Allah ada jalan keluar," kata Bassim Naim, yang putranya bernama Sammi Naim mati syahid dalam pertempuran saat Israel melakukan agresi ke Gaza tahun lalu.

Dikemukakannya pula bahwa rakyat Palestina di Gaza menyatakan rasa terima kasih atas dukungan dan bantuan terus-menerus dari rakyat dan pemerintah Indonesia dalam perjuangannya mewujudkan negara Palestina merdeka. (*)

Oleh oleh Andy Jauhari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009