Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi X DPR, Deddy "Miing" Gumelar menyatakan tidak kaget bila kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) ditolak oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

"Saya tidak kaget kalau LPI tidak diakui FIFA. Lalu FIFA mendukung PSSI untuk memberi sanksi ke LPI. Sudah sejak awal saya memperkirakan hal itu bakal terjadi. Lagian, mana ada sih satu negara punya dua liga," kata Deddy kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Ia menilai, tindakan FIFA memberikan wewenang kepada PSSI untuk menjatuhkan sanksi harus disikapi kubu LPI dengan sportif. Artinya LPI harus berkoordinasi dengan PSSI sehingga roda kompetisi tetap berputar.

Deddy menyatakan sejak awal, LPI diperkirakan tidak akan mendapat pengakuan FIFA. Karena kompetisi LPI yang diikuti 19 klub dan mengklaim dirinya profesional itu berada di luar tanggung jawab induk organisasi sepak bola Indonesia yang diakui yakni PSSI.

Miing menilai, persoalan LPI tidak akan pernah selesai karena keberadaannya yang ilegal itu, apalagi institusi-institusi pemerintah seperti Ditjen Imigrasi dan Depnaker menjelaskan bahwa sekitar 60 pemain asing yang tampil di LPI tidak memiliki kitas (kartu izin tinggal terbatas) yang sah.

Miing sangat memahami kalau FIFA membela PSSI sebagai anggotanya sehingga secara resmi mengirimkan dua surat kepada PSSI tertanggal 9 dan 10 Februari 2011 yang menyebutkan FIFA tidak mengakui LPI yang diprakarsai pengusaha Arifin Panigoro.

FIFA memberikan dukungan penuh kepada PSSI untuk memberikan sanksi kepada pemain, pelatih, klub dan wasit yang terlibat dalam LPI.

Menanggapi surat FIFA, Ketua Harian Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Haryo Juniarto yang baru menghadiri Rapat Anggota KONI/KOI di Riau pekan lalu, belum memberikan jawaban. "Kita akan pelajari dulu," katanya.

Sebelumnya, BOPI menegaskan pihaknya sudah mendesak pengelola LPI untuk melengkapi persyaratan bagi pemain dan pelatih asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk izin tinggal dan visa.(*)

T009/A020

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011