Kredit tersebut diberikan di tengah tumbuhnya kebutuhan penyediaan infrastruktur "base transceiver station" (BTS/menara telekomunikasi), demikian dalam keterangan tertulis STP di Jakarta, Rabu.
"Fasilitas kredit sindikasi dengan tenor pinjaman selama lima tahun itu akan digunakan untuk pembiayaan kembali seluruh utang PT STP, kebutuhan modal kerja, dan kebutuhan belanja modal," kata CEO PT STP Nobel Tanihaha.
Kepercayaan dari Standard Chartered Bank, The Royal Bank of Scotland, PT Bank CIMB Niaga Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., lanjut Nobel, memungkinkan PT STP untuk terus bertumbuh dan mengambil keputusan strategis dalam rangka melakukan akuisisi serta pembangunan menara telekomunikasi baru.
"Selain merupakan hasil rekam jejak kinerja PT STP yang solid, fasilitas pinjaman yang telah ditandatangani pada Januari lalu juga menunjukkan besarnya potensi yang kami miliki. Fasilitas ini akan sangat mendukung pembiayaan yang dibutuhkan untuk melanjutkan strategi pertumbuhan perusahaan," katanya.
Nobel menambahkan, permintaan PT STP mendapat perhatian besar serta memperoleh sambutan dan minat positif dari bank-bank internasional dan lokal. Kepercayaan ini, tutur Nobel, ditunjukkan dengan adanya terlampauinya pemenuhan atas permintaan jumlah pinjaman yang diajukan.
PT STP merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Jakarta dan merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Saat ini perusahaan yang menyewakan menara BTS kepada operator penyedia jasa seluler ini memiliki 1.200 menara yang 650 di antaranya berada di dalam kota Jakarta, 500 di Bodetabek, dan sisanya di kota lain di Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi.(*)
(Tz.U002)/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011