Surabaya (ANTARA News) - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Soekarwo, membantah pihaknya kecolongan dalam insiden penyerangan Yayasan Pesantren Islam (Yapi) di Pasuruan pada Selasa (15/2).
"Nggak-lah, nggak begitu. Polisi sudah mengantisipasi dengan menempatkan personel di Yapi Putri, tapi Yapi Putra memang nggak mau," katanya di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Jatim di Surabaya, Rabu.
Ia mengemukakan hal itu dalam silaturrahmi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim dengan Pimpinan Redaksi Media Massa se-Jatim yang dihadiri puluhan pimpinan media massa dan wartawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Dalam pertemuan yang dipandu Kapolda Jatim, Irjen Pol Badrodin Haiti, dan dihadiri Sekretaris PWI Jatim, Mahmud Suhermono itu, Soekarwo menegaskan bahwa polisi sudah sesuai prosedur tetap (protap).
"Karena itu, jangan salahkan polisi atau TNI, saya yang harus bertanggung jawab. Saya kira ada dua pelajaran penting yakni mendalami akar masalah kasus itu dan meningkatkan komunikasi dengan masyarakat," katanya.
Kepada masyarakat, ia berharap, tidak mudah terprovokasi dan melakukan kelakar yang menjurus pada hal-hal sensitif, seperti olok-olok dalam masalah agama yang menjadi pemicu insiden Yapi itu.
"Olok-olok atau ejekan tentang agama itu bukan guyonan, karena agama itu sensitif, apalagi dalam nilai kepekaan masyarakat yang tinggi setelah peristiwa di Pandeglang dan Temanggung," ucapnya.
Dalam kepekaan yang tinggi, katanya, situasi yang biasa dan rutin seperti olok-olok atau tawuran antarsantri bisa menjadi masalah besar.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada TNI/Polri yang mampu melakukan pencegahan secara dini, sehingga insiden Yapi tidak meluas. Untuk berikutnya, saya akan sering berkomunikasi dengan berbagai kelompok masyarakat," tuturnya.
Sementara itu, Irjen Pol Badrodin Haiti menegaskan bahwa insiden di Yapi itu sebenarnya tidak terduga, karena pihaknya sudah melakukan antisipasi dan bahkan di Pesantren Yapi Putri sudah ditempatkan personel kepolisian.
"Kami sudah mengantisipasi kejadian itu, karena semalam sebelumnya sempat ada penyerangan serupa, tapi Pesantren Yapi Putra tidak mau ada polisi berpakaian dinas, sehingga di Pesantren Yapi Putra berpakaian preman, tetapi polisi di Pesantren Yapi Putri berpakaian dinas," ujarnya.
Akibatnya, kelompok penyerang dari Jamaah Aswaja Bangil, Pasuruan, tidak berbuat apa-apa saat melewati Pesantren Yapi Putri, namun sebaliknya di Pesantren Yapi Putra justru terjadi saling olok yang berujung pada saling serang, sehingga empat santri terluka dan dua petugas Yapi juga terluka.
"Tapi, para tokoh agama dan pejabat di Pasuruan sudah melakukan pertemuan dengan lima kesepakatan yakni prihatin dan menyesalkan insiden itu, dan meminta aparat penegak hukum untuk memproses pelaku sesuai ketentuan hukum," katanya.
Kesepakatan lainnya, sepakat untuk bersama-sama menjaga situasi Jatim yang kondusif, meminta ulama untuk mengendalikan jamaah masing-masing agar tidak mudah terprovokasi seperti SMS yang memancing emosi, dan media massa memberitakan secara sejuk.
(T.E011/C004)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011