Wartawan ANTARA di Pasuruan melaporkan empat orang santri Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi) di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mengalami luka pada bagian kepala akibat serangan massa tak dikenal pada Selasa pukul 14.30 WIB.
Keempat santri itu kini menjalani perawatan serius di rumah sakit, yakni Miqdad (17), siswa kelas II SMA; Abultaz alias M Baraqbah (19), siswa kelas III SMA; Ali Reza (15), siswa kelas I SMA; dan Abdul Qadir (15), siswa kelas I SMA.
"Pada saat kejadian, keempat korban sedang bermain bola di halaman pondok pesantren tersebut, kemudian sekelompok massa mengendarai sepeda motor secara tiba-tiba memasuki halaman pondok," kata Ketua Yapi, Ustaz Ali Mukhsin Assegaf.
Selain empat santri, dua penjaga kompleks Yapi turut menjadi korban dalam insiden tersebut. Mereka adalah Sya`roni dan Shoir yang mengalami luka pada bagian kepala.
Penyerangan tersebut juga mengakibatkan kaca ruang penjagaan pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Raya Bangil-Pandaan, Kabupaten Pasuruan, itu hancur berkeping-keping.
Ustaz Ali mengenali wajah para pelaku yang jumlahnya diperkirakan mencapai seratus orang tersebut. Para pelaku beramai-ramai menggunakan sepeda motor dari arah Pandaan, lalu masuk ke areal pondok pesantren.
Setelah menyerang sejumlah santri, para pelaku keluar pondok dan berjalan menuju arah Bangil. "Setelah itu kembali lagi ke arah Pandaan," katanya.
Namun, serangan itu juga menyebabkan seorang santri terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Mata, Undaan, Surabaya, yakni Ali Reza.
"Ada luka cukup serius pada bagian matanya sehingga harus dirawat di RS Mata Undaan," kata salah satu pimpinan Yapi, Habib Ali bin Umar, saat dihubungi dari Surabaya.
Para santri, katanya, sudah berusaha menghalau kedatangan para pelaku penyerangan yang jumlahnya sekitar seratus orang itu.
"Tapi, penyerang membawa batu dan pentungan dengan melempari santri dan memecah kaca pos penjagaan sehingga para santri pun mundur," katanya.
Ia mengaku pesantren asuhannya itu sudah beberapa kali mengalami teror, tapi untuk yang penyerangan langsung ke pondok baru kali ini terjadi, apalagi penyerangkan dilakukan siang hari.
Yapi didirikan oleh Habib Husain bin Abu Bakar Alhabsyi pada 1976. Yapi dibangun di atas lahan di pinggir Jalan Raya Bangil-Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
Sepeninggal Habib Husein 15 tahun silam, perkembangan Yapi makin pesat. Santrinya berasal dari berabagai daerah di pelosok Tanah Air dengan didominasi warga keturunan Arab atau dari trah habaib.
Ia mengaku materi pelajaran yang diajarkan di Yapi memang ada yang berbeda dengan materi di pondok-pondok pesantren lain di Pasuruan.
Namun perbedaan itu tidak mencolok. Yapi tetap memegang teguh ajaran ahlussunnah wal jama`ah dengan menganut empat mazhab, yakni Imam Syafi`i, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi, sebagaimana pedoman umum kaum muslim di Indonesia .
"Kami hanya memberikan pelajaran tentang perbandingan mazhab. Di situ kami membandingkan empat mazhab itu dengan mazhab Imam Ja`far," katanya.
Imam Ja`far yang dimaksud Habib Ali itu adalah Ja`far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib dan bagian dari Ahlulbait.
Hal inilah yang menimbulkan tudingan bahwa Yapi menganut faham Syiah. "Padahal Imam Ja`far itu merupakan guru dari Imam Hanafi dan Imam Maliki (dua dari empat mazhab)," katanya.
Bergerak cepat
Seolah tak mau kecolongan seperti di Pandeglang (Banten) dan Temanggung (Jateng), peristiwa itu langsung disikapi secara cepat oleh para ulama (tokoh agama), Muspida Pasuruan, dan bahkan Kapolda Jatim.
Sejumlah anggota Muspida Kabupaten Pasuruan bersama para ulama dan tokoh agama dari kalangan NU, Muhammadiyah, dan sebagainya pun menggelar rapat tertutup di Yapi.
Ratusan personel dari Brimob Polda Jatim di Malang dan Batalyon Kavaleri Tank yang bermarkas di Beji (Malang) pun menjaga pondok pesantren yang banyak melahirkan mubalig dari kalangan habaib itu.
Bahkan, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Badrodin Haiti pun langsung mengunjungi pesantren itu saat ulama dan Muspida menggelar pertemuan di pesantren itu.
"Pelakunya tiga orang sudah ditangkap dan sudah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kapolda yang langsung mengumumkan tindakan cepat yang sudah dilakukan polisi.
Namun, Kapolda sempat tersinggung oleh teriakan pengurus Yapi yang mendesak agar pelaku penyerangan segera ditangkap. "Tidak diminta pun, akan tetap saya tindak pelakunya," katanya dengan nada tinggi.
Pertemuan ulama dan Muspida itu dihadiri Kapolres Pasuruan AKBP Syahardiantono, Komandan Kodim Pasuruan Letkol TNI Abu Bakar, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangil KH Khoiron Syakur, Ketua PCNU Kabupaten Pasuruan KH Shonhaji Abdusshomad, dan sejumlah pengurus Yapi.
Sementara itu, Kapolres Pasuruan AKBP Syahardiantono menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan penyidikan atas ketiga tersangka.
Meskipun demikian, baik Kapolda maupun Kapolres tidak bersedia mengungkapkan identitas para pelaku penyerangan Yapi.
"Ini merupakan tindak pidana. Kami akan menindak dengan tegas para pelakunya. Kami juga akan mendalami motif penyerangan Yapi yang terjadi pada pukul 14.30 WIB itu," katanya.
Sementara itu, Habib Ali menduga insiden yang terjadi pada pukul 14.30 WIB itu dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin membentur-benturkan ajaran Islam.
"Hubungan kami dengan NU dan Muhammadiyah sangat baik. Begitu juga dengan para habaib di Pasuruan juga berlangsung harmonis," katanya sebelum mengikuti pertemuan itu.
Senada dengan itu, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan KH Shonhaji Abdusshomad menyatakan, penyerangan yang dilakukan massa tak dikenal ke kompleks Yayasan Pondok Pesantren Islam (Yapi) tidak ada kaitannya dengan NU.
"Insiden itu sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan NU, karena itu kami ingatkan masyarakat Kabupaten Pasuruan agar tidak mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan anarkisme bernuansa agama," katanya.
Ia juga meminta masyarakat di daerah "Tapal Kuda" itu untuk mewaspadai pihak-pihak yang sengaja membentur-benturkan masalah ajaran agama. "Insiden itu berpotensi meluas jika tidak segera ditangani," katanya.
Potensi itu dibenarkan anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, bahkan ia menilai penyerangan pesantren di Pasuruan itu makin mempertegas dugaan adanya usaha untuk menimbulkan konflik horisontal di masyarakat lewat isu SARA.
"Saya berharap semua pihak tetap berpikir tenang, tidak gelisah namun tetap kritis, agar kita semua tidak mudah diadudomba dan terprovokasi," katanya.
Kepada ANTARA di Jakarta, ia menduga ada gelagat buruk di balik kerusuhan berdarah di Cikeusik dan Temanggung.
"Ada upaya pihak tertentu mengeskalasi karut marut negara dengan menunggangi isu SARA. Sekarang dilakukan lagi di Pasuruan, padahal pesantren itu selama ini aman-aman saja," ungkapnya.
Agaknya, provokasi ala Pandeglang dan Temanggung itu dapat dicegah untuk tidak meluas lagi dengan kesigapan aparat Muspida, ulama, dan tokoh masyarakat, serta gerak cepat polisi membekuk pelaku dan menghukumnya, seperti dicontohkan di Pasuruan.(*)
(KR-MSW*M038*E011/A04)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011