Jakarta (ANTARA) - Pelatih tunggal putra PP PBSI Irwansyah mengungkapkan kunci kemenangan Anthony Sinisuka Ginting saat menghadapi pemain Malaysia Lee Zii Jia pada laga perempat final Piala Thomas adalah permainan yang agresif.
Seperti diketahui, dalam pertarungan yang berlangsung di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Jumat malam WIB, Ginting memetik kemenangan straight game 21-15, 21-17 atas pemain Negeri Jiran tersebut.
“Bermain lebih agresif itu mengantarkan Ginting menang atas Lee. Karena dengan begitu, dia (Ginting) bisa mengontrol permainan,” kata Irwansyah dalam keterangan resmi PP PBSI yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.
Selain permainan yang agresif, menurut dia, kunci kemenangan Ginting lainnya, yaitu strategi serangan yang diterapkan di awal permainan dan ketika lawan sedang lengah.
Baca juga: Ginting buka kemenangan Indonesia 1-0 atas Malaysia di perempat final
“Dari masuk lapangan, Ginting langsung pasang strategi menyerang, dan dia bisa mengontrol permainan. Kemudian, dia menyerang balik saat ada kesempatan. Ini juga yang membuat Ginting menang,” ujar Irwansyah.
Sementara itu, Ginting yang kini menempati peringkat kelima dunia itu mengaku bersyukur atas kemenangan yang telah diraihnya. Ia pun mengaku telah diminta oleh sang pelatih untuk bermain lebih agresif sejak awal pertandingan.
“Puji syukur saya bisa menyelesaikan pertandingan dengan baik dan tanpa cedera. Saya bisa menyumbang angka. Dari awal saya diminta pelatih lebih agresif. Hanya saja untuk mendapatkan angka, saya harus siap capek,” tutur Ginting.
Sebelumnya, Ginting dan Lee bertemu di Piala Sudirman beberapa waktu lalu di Finlandia. Sayangnya, waktu itu Ginting menelan kekalahan dua gim langsung 11-21, 16-21 dari tunggal putra peringkat kedelapan dunia itu.
Baca juga: Minions bawa Skuad Garuda ungguli Malaysia 2-0
Terkait kekalahan itu, Ginting pun mengaku kali ini ia mencoba lebih fokus dengan pola permainannya sendiri dan menyiapkan fisik serta mental yang jauh lebih kuat.
“Saya lebih fokus dari gim pertama dan sudah dapat polanya. Cuma saya harus memaksa diri siap capek karena Lee juga bagus. Kekalahan saya di Piala Sudirman lalu bukan menjadi trauma. Saya di sini lebih menyiapkan fisik dan mental lebih untuk menghadapi Lee. Apalagi Lee penampilannya juga tidak seapik di Piala Sudirman lalu," papar Ginting.
Selain persiapan yang lebih matang, pemain berusia 24 tahun itu juga menilai shuttlecock yang digunakan di Piala Thomas lebih mendukung gaya permainannya yang lebih banyak menyerang.
“Shuttlecock di sini (Piala Thomas) memang lebih mendukung permainan menyerang saya, dibandingkan ketika di Piala Sudirman lalu. Saya bisa lebih menyerang, dan saya terus mencoba memberikan yang terbaik untuk Indonesia," pungkas Ginting.
Baca juga: Indonesia optimistis hadapi Malaysia di perempat final Piala Thomas
Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021