Sehingga kalau kita tidak mengembangkan budidaya, otomatis ketersediaan ikan akan terbatas, sementara jumlah penduduk semakin meningkat. Jadi kita harus beralih, mulai memikirkan bagaimana menggunakan teknologi maju untuk memproduksi ikan dalam jumla
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengingatkan bahwa kebutuhan akan komoditas perikanan di Republik Indonesia semakin meningkat terutama dari aspek perikanan budidaya yang sekarang lebih dominan dibandingkan perikanan tangkap.
"Bukan perikanan tangkap berkurang tapi kebutuhan manusia semakin meningkat. Dulu jumlah penduduk (Indonesia) kurang dari 200 juta, sekarang lebih dari 200 juta. Bahkan di tahun 2045 sampai di angka 318 juta, artinya kebutuhan ikan semakin meningkat," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP, Kusdiantoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Kusdiantoro juga mengingatkan bahwa kebutuhan terhadap daging putih termasuk ikan semakin meningkat dibandingkan daging merah seperti sapi sehingga hal itu praktis memacu upaya untuk memenuhi kebutuhan perikanan di Tanah Air.
Ia menyampaikan, sekitar 30 tahun lalu, dominasi produksi perikanan masih didapat dari perikanan tangkap yakni sebesar 78-79 persen, tapi kini keadaannya sudah berubah, tinggal 52-53 persen.
Sedangkan sekitar 48 persen, masih menurut dia, sudah dihasilkan dari perikanan budidaya.
"Sehingga kalau kita tidak mengembangkan budidaya, otomatis ketersediaan ikan akan terbatas, sementara jumlah penduduk semakin meningkat. Jadi kita harus beralih, mulai memikirkan bagaimana menggunakan teknologi maju untuk memproduksi ikan dalam jumlah besar, yaitu melalui kegiatan budidaya," tuturnya.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu menyatakan bahwa konsep ekonomi biru merupakan titik tolak dari pendekatan yang dilakukan pihaknya dalam mengembangkan perikanan budidaya nasional.
"Tahun 2022, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyiapkan program terobosan perikanan budidaya dengan pendekatan ekonomi biru," kata Tb Haeru Rahayu, yang akrab disapa Tebe.
Menurut Tebe, konsep ekonomi biru yang diusung oleh pihaknya dilakukan melalui optimalisasi sumber daya perikanan budidaya secara produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Ia menyatakan bahwa penerapan ekonomi biru dalam perikanan budidaya melalui penerapan inovasi dan teknologi harus memperhitungkan keseimbangan antara dampak ekonomi dan dampak ekologi.
Baca juga: KKP imbau pembudi daya kreatif ikuti perubahan pola konsumsi perikanan
Baca juga: Pakar oseanografi: Perikanan tangkap stagnan, masa depan di budi daya
Baca juga: KKP: Ekonomi biru jadi titik tolak pendekatan perikanan budidaya
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021