Sejumlah pejabat dan saksi mengatakan, pawai yang diikuti ratusan orang yang diadakan oleh pihak berwenang setempat terganggu ketika pasukan melepaskan tembakan untuk membubarkan massa, yang menyulut tembakan balasan dari pasukan keamanan yang mengawal protes itu, demikian AFP melaporkan.
"Pemrotes berjalan dengan damai sejauh satu blok dari istana presiden ketika anggota-anggota militer melepaskan tembakan dalam upaya membubarkan massa," kata Mohamed Abshir, seorang aparat keamanan Somalia, kepada AFP.
"Seorang warga sipil dan dua personel keamanan Somalia tewas dan sedikitnya 11 warga sipil terluka," katanya. "Kami masih belum tahu mengapa pasukan keamanan berusaha membubarkan demonstrasi itu."
Pawai tersebut diadakan oleh pemerintah daerah, yang mencakup walikota Mogadishu, untuk mendukung upaya-upaya perdamaian dan pemerintah federal sementara, kata peserta pawai itu.
Beberapa saksi mengatakan, ratusan orang, terutama wanita, berkumpul di depan teater nasional dekat istana presiden dimana mereka menunggu pidato Perdana Menteri Mohamed Abdullahi Mohamed "Farmajo".
Massa membawa spanduk-spanduk anti-kekerasan dan bunga untuk mendukung perdamaian, namun tiba-tiba terjadi tembak-menembak yang membuat orang berhamburan untuk mencari tempat berlindung, kata beberapa saksi.
Menurut sumber-sumber keamanan, ada ketidaksepahaman Senin antara kelompok-kelompok yang bersaing di tubuh pasukan keamanan Somalia menyangkut demonstrasi itu, dan sejumlah pejabat tinggi ingin melarangnya.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab, kelompok muslim garis keras yang menguasai sebagian besar wilayah tengah dan tengah Somalia, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 76 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011