Yogyakarta (ANTARA News) - Pariwisata di Kota Yogyakarta pascaerupsi Gunung Merapi belum sepenuhnya pulih seperti yang dinyatakan sejumlah pelaku wisata seperti Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pariwisata di kota tersebut.
"Masih ada pengaruh dari erupsi Merapi akhir tahun lalu. Rasa takut itu masih ada, sehingga tingkat hunian hotel pun belum sepenuhnya pulih," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab Danunagoro di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, tingkat hunian hotel di DIY selama Januari adalah sekitar 30-40 persen baik untuk hotel berbintang atau hotel melati, sedangkan pada awal Februari, tingkat hunian hotel mengalami kenaikan sekitar 10 persen menjadi 40-50 persen.
"Awal tahun memang masih masuk `low season` tetapi bila dibanding periode yang sama pada tahun lalu, ada penurunan yang cukup besar," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata okupansi hotel di DIY pada Januari tahun lalu dapat mencapai 70 persen bahkan bisa mencapai rata-rata 80 persen hingga Oktober sebelum ada bencana letusan Gunung Merapi.
Sejumlah libur akhir pekan panjang seperti saat Imlek ataupun peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW belum mampu mendongkrak kunjungan wisata dari luar daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan okupansi hotel.
"Yogyakarta memang cukup ramai pada saat libur Imlek lalu, tetapi biasanya mereka adalah warga Yogyakarta dan sekitarnya yang tidak akan menginap di hotel, sehingga tidak ada kenaikan yang cukup signifikan pada tingkat hunian hotel," katanya.
PHRI DIY berharap, tingkat hunian hotel sudah mulai pulih pada April hingga musim libur sekolah pada pertengahan tahun karena pada Agustus sudah masuk bulan puasa sehingga tingkat hunian hotel dapat dipastikan akan kembali turun.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Paguyuban Becak Kota Yogyakarta Totok Yudianto mengatakan hal senada yaitu pariwisata belum sepenuhnya membaik pada Januari.
"Pada tahun lalu, pengemudi becak sudah bisa mengantar tamu sekitar pukul 10 atau 11 pagi, tetapi tahun ini baru bisa memperoleh tamu pada sore hari," katanya.
Namun, lanjut dia, pada awal Februari kondisi pariwisata sudah mulai menggeliat dengan adanya berbagai kegiatan seperti Sekaten dan juga Imlek.
Ia berharap, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dapat melakukan sejumlah terobosan agar waktu tinggal wisatawan di Yogyakarta lebih lama sehingga wisatawan dapat lebih sering memakai moda transportasi becak.
"Sebagian besar wisatawan hanya datang dan berkunjung terus pulang, kami harapkan waktu tinggal mereka lebih lama," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Yulia Rustiyaningsih mengatakan, tingkat kunjungan wisata selama Januari tidak terlalu anjok dan masih dalam kondisi yang baik.
"Tidak seperti yang ditakutkan akan `drop` terlalu jauh. Ini didukung oleh berbagai kegiatan yang dilakukan," katanya. (E013/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011