Peluang untuk menambah kekayaan dengan berinvestasi di luar 100 perusahaan berkapitalisasi besar sangatlah terbuka,

Jakarta (ANTARA) - Tidak banyak perusahaan publik tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu menjaga nilai perusahaan tidak menurun di tengah pandemi dan dalam peringkat SWA 100 hanya 13 persen emiten yang mampu menciptakan gain atau keuntungan atau kekayaan bagi pemegang sahamnya.

“Berdasarkan peringkat SWA100 tahun 2021, ternyata hanya 13 dari 100 perusahaan tersebut yang menghasilkan Wealth Added Index (WAI) positif. Artinya, hanya 13 persen perusahaan dalam SWA100 2021 yang mampu menciptakan kekayaan bagi para pemegang sahamnya,” kata Group Chief Editor SWA Kemal Effendi Gani di Jakarta, Kamis.

Kendati demikian, kata dia, masih ada sejumlah emiten yang menghasilkan shareholders value tinggi kepada para investor.

Bahkan, masih menurut dia, di kelompok perusahaan lapis kedua BEI, capital gain sahamnya bisa mencapai ratusan hingga ribuan persen dalam setahun.

"Peluang untuk menambah kekayaan dengan berinvestasi di luar 100 perusahaan berkapitalisasi besar sangatlah terbuka," kata Kemal melalui keterangan tertulis.

Tahun 2020 banyak saham yang kenaikan harganya lebih dari 100 persen, seperti saham Bank BRI Syariah yang sekarang dimerger dengan Bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia, harga sahamnya naik 581,82 persen dari Rp 330 menjadi Rp 2.250.
Baca juga: Bank BJB nilai transformasi digital bantu kinerja saat pandemi

Bahkan, lanjutnya, perusahaan yang melakukan IPO di semester I 2021, ada yang harga sahamnya naik hingga ribuan persen dalam waktu kurang dari 6 bulan, seperti PT DCI Indonesia yang melantai di BEI pada 6 Januari 2021, harga sahamnya melonjak 13.947 persen, dari harga perdana Rp 420 naik menjadi Rp 59.000 pada akhir Juni 2021.

Adapun 10 saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI berdasarkan SWA 100 2021 adalah saham PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Astra International Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Sementara itu Direktur Eksekutif Stern Value Management, Martin Schwarz, menerangkan, saham perbankan menjadi penangkal penurunan nilai kekayaan yang lebih dalam.

“Untungnya, sektor perbankan tidak terdampak. Sektor ini bahkan dipandang sebagai safe harbor dari dampak wabah Covid-19. Ini sekaligus menjadi peluang untuk berinvestasi di institusi keuangan. Bahkan ke depan, sektor ini akan membantu meretas jalan pertumbuhan,” kata Martin.

SWA sendiri berupaya mengungkap bagaimana strategi emiten menjaga shareholder value mereka, di antaranya dengan Webinar & Awarding SWA 100 & Indonesia Trillionaire Club: "Winning Strategy to Boost Shareholder Value and How to Become Smart Investor."

Webinar yang digelar oleh SWA dan Swanetwork pada Kamis itu menghadirkan empat pembicara, dengan pembicara kunci Lead Executive Director Stern Value Management Erik Stern dan pembicara lainnya Sales and Distribution Director PT Bank Syariah Indonesia (BSI)Tbk Anton Sukarna , Direktur Transformasi Bisnis PT Pupuk Indonesia (Persero) Panji Winanteya Ruky, dan Whitelist Imlemented Information Security Management Services PT Industri Paman Ryan, Ryan Filbert.

Baca juga: Dirut TRUE sebut tata kelola yang baik kunci lalui masa pandemi

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021