Pontianak (ANTARA News) - Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium yang dijual oleh kios pengecer di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, mencapai Rp15 ribu/liter dari harga normal Rp4.500/liter.
Rosita (25) salah seorang warga Pontianak Utara, Senin, mengaku kaget harga bensin per liter hingga Rp15 ribu/liter yang dijual kios pengecer.
"Selain harganya yang mahal, kios pengecer juga dibatasi membeli bensin," kata Rosita yang hanya kebagian satu liter premium.
Hal senada juga diakui oleh Santo (23) warga Pontianak Kota. "Saya hanya kebagian setengah liter premium saat antre di salah satu kios pengecer di Jalan Tanjungpura," katanya.
Ganda salah seorang pemilik kios pengecer premium di Jalan 28 Oktober Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara mengatakan, tingginya harga jual premium karena untuk mendapatkan BBM jenis itu di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) butuh waktu lebih dari lima jam.
"Selain butuh waktu lama untuk ikut antre, pemilik SPBU juga membatasi pembelian premium untuk pemilik kios," katanya.
Dari pantauan ANTARA di lapangan, warga Pontianak tampak panik atas kelangkaan BBM jenis premium di kota itu. Sejumlah kios pengecer di beberapa kawasan tampak tutup, sementara disejumlah SPBU diwarnai antrean panjang oleh masyarakat untuk mendapatkan BBM.
Sebelumnya, Sales Areal Manager Pertamina Kalbar, Ibnu Chouldum mengatakan, pihaknya membatasi pembelian BBM jenis premium, akibat kapal tanker terhambat masuk depot di Siantan, Pontianak, pasca-tenggelamnya KM Rahmatia Sentosa di alur masuk Sungai Kapuas sejak Kamis (10/2) tengah malam.
"Pembatasan ini sampai kondisi normal. Semoga dalam waktu secepatnya bisa pulih kembali," katanya.
Menurut dia, setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk sementara hanya dibolehkan menjual dua liter premium untuk sepeda motor dan 10 liter untuk mobil, termasuk untuk angkutan umum yang menggunakan premium.
Untuk bahan bakar jenis solar tidak ada pembatasan karena stok masih cukup kuat di depot Siantan.
Ia menambahkan, pembatasan tersebut diberlakukan di wilayah Eks Pontianak yang meliputi Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sanggau, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Landak dan Bengkayang.
"Karena tenggelamnya kapal tersebut, ada empat kapal tanker yang seharusnya bongkar muatan di depot Siantan terhambat untuk masuk," kata Ibnu Chouldum.
Empat kapal tanker tersebut yakni MT Dasa Samudra mengangkut 2.847 kilo liter solar, MT Serena 3.796 KL premium, MT Kamar Mas 3.914 KL solar, dan MT Gloria mengangkut 1.193 KL marine fuel oil (MFO) untuk pembangkit milik PLN.
Sebelumnya (10/2) sekitar pukul 23.00 WIB, KM Rahmatia Sentosa dari bahan kayu berusaha masuk alur Sungai Kapuas atau tepatnya di muara Jungkat, pada saat bersamaan KM Waweh kapal kargo dari bahan besi berangkat dari Pelabuhan Dwikora juga menggunakan alur itu sehingga terjadi tabrakan.
"Tabrakan itu murni karena kesalahan manusia, karena pada saat ini cuaca dalam keadaan baik, karena KM Rahmatia Sentosa terbuat dari kayu, sehingga akibat tabrakan itu mengalami kebocoran yang besar dan tenggelam tidak jauh dari lokasi tabrakan," kata Kepala Seksi Penjagaan dan Penyelamatan Adpel Pontianak Moch Adi Ismail.
Peristiwa itu membuat puluhan kapal tidak bisa masuk ke Pelabuhan Pontianak yang berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi kejadian.
(A057/E001)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011