Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengatakan setiap 30 detik, ditemukan kasus baru kanker payudara di satu tempat yang ada di dunia.
“Berita dari WHO, kanker payudara didiagnosis setiap 30 detik di suatu tempat di dunia. Setiap 30 detik itu ada kejadian kasus baru kanker payudara dan perempuan di dunia meninggal karena kanker payudara setiap 53 menit,” kata Linda dalam talkshow via virtual Skrining dan Deteksi Dini Sadari Kita Pasti Bisa yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Acara talkshow virtual tersebut diikuti oleh 602 peserta warga negara Indonesia yang tersebar di 49 negara.
Linda menuturkan di Kawasan Asia Tenggara, terdapat 159.000 kasus baru akibat kanker payudara dengan tingkat kematian 59.000 jiwa.
Sementara berdasarkan data Globacan tahun 2020, dia mengatakan kasus kanker payudara di Indonesia hampir menyentuh 66.000 kasus baru dengan tingkat kematian penderita sebanyak 22.000 jiwa atau sebesar 30 persen perempuan meninggal dunia dari jumlah kasus baru yang ditemukan.
Baca juga: Lestari: Upaya preventif masif, cegah kanker payudara di usia muda
Baca juga: Cerita Nissa temukan benjolan saat menyusui yang ternyata kanker
Menurut Linda, tingginya angka kematian di Indonesia tersebut dikarenakan perempuan yang menderita kanker payudara telat untuk melakukan deteksi dini sehingga kanker baru ditemukan pada saat telah masuk ke dalam stadium lanjut.
Ia menjelaskan penyakit tersebut perlu benar-benar diperhatikan. Hal itu disebabkan apabila pemeriksaan dilakukan lebih dini dan mendapatkan penanganan medis lebih cepat, maka penderita kanker tersebut dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
“Salah satu cara untuk mencegah kanker payudara stadium lanjut adalah dengan secara rutin melakukan Sadari (periksa payudara sendiri) dan Sadanis (periksa payudara secara klinis),” kata dia.
Dokter dan Ahli Bedah Onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Bob Andinata mengatakan jumlah insiden kanker payudara di Indonesia mencapai 16,6 persen atau sebanyak 65.858 kasus per tahun.
Jumlah tersebut, kata dia, mengalahkan insiden pada kanker leher rahim (serviks) yang berjumlah sebesar 9,2 persen atau 36.633 kasus per tahun.
“Angkanya tidak tanggung-tanggung, jauh mengungguli peringkat kedua sebesar 9,2 persen,” kata Bob.
Melihat jumlah penderita kanker payudara yang begitu besar, Bob menyarankan agar semua perempuan yang sehat secara rutin dapat melakukan skrining dan deteksi dini untuk bisa melakukan pencegahan lebih cepat.
Ia menjelaskan, pemeriksaan itu lebih baik segera dilakukan oleh perempuan yang telah mengalami menstruasi baik melalui sadari, sadanis maupun mammogram.
Selain melakukan pemeriksaan, Bob juga meminta agar semua perempuan selalu memperhatikan kondisi payudaranya untuk memastikan apakah terdapat sebuah benjolan yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada tubuh.
Ia mengatakan, hal itu merupakan tanda bahaya dan apabila ditemukan benjolan tersebut tidak hilang dalam waktu tiga bulan, maka perlu segera dilakukan pemeriksaan untuk mendapatkan penanganan dan diagnosis lebih lanjut.
“Kalau benjolan di payudara ini tidak hilang dalam tiga bulan, itu artinya seorang wanita harus melakukan skrining melalui sadari kemudian dia ke dokter melakukan pemeriksaan dan dokter akan lakukan deteksi dini,” ujar dia. *
Baca juga: SADARI cegah kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut
Baca juga: Mengapa wanita yang tak pernah hamil berisiko kena kanker payudara?
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021