"Terpaksa kami batal karena dihambat oleh PT AP I (Angkasa Pura) yakni permintaan saham mayoritas atas lokasi itu," kata CEO Lion Air, Rusdi Kirana, saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Rusdi mengatakan, pihaknya mengaku kecewa atas sikap BUMN Pengelola Bandara di kawasan timur Indonesia itu karena hal itu sama saja menghambat permintaan pemerintah agar terjadi pemerataan pembangunan.
"Permintaan saham mayoritas atas hanggar di atas lahan 12 ha tersebut, sangat tidak masuk akal," katanya.
Menurut Rusdi, permintaan pihak AP I tersebut tidak beralasan karena sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman pembelian dengan AP I.
"Mereka (AP I) meminta pembagian saham mayoritas sebesar 51 persen atas tanah yang telah kita beli sebelumnya, dengan alasan tanah tersebut harus ada pembagian keuntungan yang jelas untuk mereka," katanya.
Rusdi melanjutkan, pihaknya sangat menyayangkan kejadian ini, karena hanggar itu nantinya akan dibangun untuk perawatan pesawat, bukan dijadikan pendapatan bagi perusahaan.
Dia juga menjelaskan, pembangunan hanggar pesawat di Manado tersebut berdasarkan instruksi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk meningkatkan sarana dan prasarana pemeliharaan pesawat di Indonesia bagian Timur.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan, perusahaannya memutuskan untuk membatalkan rencana pembangunan hanggar pesawat di dekat Bandara Sam Ratulangi tersebut.
Selain itu, perusahaannya juga telah mengalami kerugian yang besar, mengingat pihak Lion Air telah membebaskan tanah bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, maskapai yang berencana go public pada 2013 mendatang ini juga telah membangun jalan penghubung menuju hanggar itu.
"Berikut dengan hanggar, tanah yang kita bebaskan kepada masyarakat dan juga pembangunan jalan raya menuju hanggar, diperkirakan perusahaan kami telah mengalami kerugian sebesar Rp50 miliar rupiah," katanya.
Menurut Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, perusahaannya membutuhkan hanggar seluas kurang lebih 10 ha untuk perawatan armada yang telah dan akan dimiliki oleh Lion Air dan anak perusahaannya Wings Air.
Pembangunan hanggar di Manado tersebut rencananya juga diikuti dengan menjadikan ibu kota Sulawesi Utara itu
sebagai bandara pengumpul (hub) penerbangan internasional Lion Air, yaitu dari Manado menuju Jepang, China, Korea dan Taiwan.
"Karena batal, ya terpaksa kita pindahkan rencana hub itu ke Singapura," katanya.
Kini, Rusdi melanjutkan, pihaknya mendapatkan tawaran lahan untuk pembangunan hangar di Johor Baru, Malaysia.
Di sana mereka mendapatkan lahan seluas 2,5 ha di kawasan ekonomi khusus untuk industri dengan teknologi tinggi.
Harga sewa yang ditawarkan senilai 3.600 dolar AS per bulan. Selanjutnya setelah 10 tahun, lahan itu akan
menjadi hak milik Lion Air. (E008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011