Mamuju (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, merasa dirugikan oleh distributor pupuk karena dianggap melakukan ekpsloitasi dengan cara barter.
"Selama ini distributor pupuk di Kecamatan Tapalang memanfaatkan kelemahan petani yang tidak punya modal untuk biaya produksi tanaman padi melalui barter hasil panen dengan pupuk," kata Ridwan seorang petani di Desa Tampalang Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju, Minggu.
Ia mengatakan, kelemahan petani selama ini hanya bisa membeli pupuk dengan menukar beras karena mereka tidak mampu membeli pupuk dengan uang tunai.
"Distributor memanfaatkan kelemahan petani dengan cara menukar pupuk dengan beras hasil panen padi petani yang membuat petani merasa dirugikan dengan model kerjasama itu," katanya.
Ia mengatakan, karena petani tidak bisa membeli pupuk distributor secara tunai, maka petani harus memberikan 20 kilogram beras untuk mendapatkan satu karung berisi sekitar 50 Kilogram pupuk Za dengan cara ditukar
"Kerjasama itu dengan menukar pupuk dengan be ras petani untuk tanaman padi mereka agar dapat berproduksi dengan baik dianggap sangat merugikan,"katanya.
Karena menurut dia, apabila dihitung nilainya maka petani akan mengalami kerugian karena nilai beras mereka ketika dijual petani sekitar Rp65.000 per kilogram sementara harga pupuk perkilogram hanya sekitar Rp2.100 per Kg sehingga tidak sebanding.
"Apa boleh buat meskipun merasa dirugikan petani harus menempuh jalan itu karena petani tak punya modal untuk mendapatkan pupuk dengan membeli, meskipun apabila dihitung petani dirugikan," kata Zaenal salah seorang petani lainnya.
Oleh karena itu ia meminta kepada pemerintah di Kabupaten Mamuju segera membantu petani dengan menyediakan pupuk gratis jika tidak maka secara tidak lansung petani akan terus menerus dieksploitasi distributor yang tentunya akan menurunkan tingkat pendapatannya dari produksi padi mereka.
"Pemerintah harus memberikan bantuan kepada petani berupa pupuk apalagi terdapat program pupuk dari pemerintah untuk petani, karena jika tidak maka mereka terus menerus dirugikan ," ujarnya. (MFH/M027/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011