Jepara (ANTARA News) - Pelatih Persitara Jakarta Utara Dadang Iskandar mengakui lemahnya komunikasi antarlini pada babak kedua, menjadi salah satu faktor penyebab timnya kalah dari tuan rumah Persijap Jepara di laga perdana putaran kedua Liga Super di Stadion Gelora Kartini, Sabtu malam.
"Yang paling mencolok adalah tidak maksimalnya permainan defender kami, sehingga antisipasi terhadap serangan balik sering kedodoran," ujar Dadang usai timnya dikalahkan Persijap 3-1.
Tiga gol yang dicetak tim tuan rumah, Dadang menganggap sebagai buah kesalahan para anak asuhnya yang tidak sigap mengantisipasi setiap serangan yang datang.
Padahal, pola permainan tim tuan rumah pada babak kedua berbeda dengan babak pertama yang cenderung mengandalkan permainan cepat dan serangan yang bervariasi antarlini.
Perubahan pola permainan tersebut justru tidak menjadi respon positif bagi anak asuhnya. "Komunikasi antarpemain justru kurang terjalin, akibatnya serangan yang dibangun mudah dipatahkan, sedangkan upaya menahan laju serangan tim lawan juga sering kerepotan," ujarnya.
Kondisi permainan anak asuhnya tersebut berdampak pula pada suplai bola ke lini depan yang menurun dibanding pada babak pertama.
Suplai bola ke lini depan lebih mengandalkan umpan-umpan panjang, sehingga mudah dipatahkan lawan, mengingat barisan pertahana tim tuan rumah yang begitu solid dan terkoordinasi.
Perubahan pola permainan pada babak kedua memang diakui kapten tim Persijap Jepara, Donny Siregar. "Kami tidak lagi meladeni ritme permainan yang lambat, namun kami mencoba menekan dan menerapkan pola serangan cepat," ujarnya.
Pola tersebut diperkuat dengan variasi serangan dari semua lini, sehingga konsentrasi lawan berhasil dikacaukan.
"Selama babak pertama, pertahanan lawan memang solid dan terkoordinasi, sedangkan ritme permainan kami cenderung dalam tempo sedang," ujarnya.
Menurut dia, menghadapi lawan dengan strategi tersebut harus dilawan dengan serangan bertubi-tubi. "Strategi tersebut memang berhasil, mengingat tiga gol tercipta dalam waktu yang cepat," ungkapnya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009