Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KHA Hasyim Muzadi menilai polisi harus bekerja ganda untuk menuntaskan kasus Ahmadiyah.
"Melihat gejala gerakannya yang sistematis dan sebagainya, maka polisi harus kerja ganda, pertama menangkap pelaku kriminalnya dan yang kedua sebenarnya tragedi ini direncanakan oleh siapa," katanya disela Konferensi Revitalisasi Islam di Jakarta, Sabtu.
Menurut Hasyim, Ahmadiyah dan penyerbu aliran tersebut di Cikeusik sama-sama berada dalam posisi yang salah.
"Ahmadiyah ini salah, yang menyerbu juga salah, cuma berbeda porsi kesalahannya. Jika Ahmadiyah kesalahannya mengaku Islam, tetapi nabinya dua. Seandainya mereka mendeklarasikan agama tersendiri maka hal itu dapat ditolerir dalam koridor kerukunan umat beragama," katanya.
Dia menambahkan bahwa jika Ahmadiyah mengaku Islam tetapi memiliki dua nabi dan kitab Al Quran ada yang diubah ayatnya, maka posisinya tidak lagi menjadi kerukunan umat beragama, tetapi merupakan kerikil dalam kehidupan umat Islam.
Hal itu dimana pun akan tetap rawan, tetapi apapun alasan para penyerbu juga tetap salah, kata Hasyim.
"Apa haknya dia menyerbu, orang yang tidak beragama saja tidak semena-mena diserbu, apalagi dikasari, disiksa dan lain sebagainya," jelas Hasyim.
Hasyim mengatakan bahwa dengan melihat gejala seperti itu, dia tidak yakin jika pelaku penyerbuan itu merupakan para tokoh agama, karena tokoh agama apapun tidak akan tega melakukannya.
Selain itu untuk dapat membubarkan sebuah keyakinan tidak dapat dilakukan, namun hal yang dapat dilakukan yaitu dampak yang harus dicegah, dampak daripada Islam yang di luar ajaran sesungguhnya.
Jika Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh maka hal itu sudah cukup untuk mengantisipasi, kata Hasyim.
"Seseorang tidak bisa dimarahi karena dia Ahmadiyah, namun dengan ajarannya itu dia tidak lagi boleh mengatakan sesuatu atas nama Islam karena itu akan mengandung pukulan balik," kata Hasyim.
Aturan itu tidak hanya mengatur ideologi atau teologi tetapi juga mengatur tata hubungan daripada Ahmadiyah dan lingkungannya, bahkan dunia internasional memiliki kepentingan terhadap Ahmadiyah karena aliran itu sarat politik selain sarat agama dengan pusatnya di London, Inggris.
Hasyim mengatakan bahwa sejak dilahirkannya Ahmadiyah terdapat nuansa politik, selain itu terdapat titik api dan pemicu masalah tersebut.
"Masalahnya sudah komprehensif, tidak hanya masalah agama tetapi juga masalah sesuatu di luar agama itu yang kemudian menggunakan agama," kata Hasyim.
Dalam mengatasi penyebaran Ahmadiyah, Hasyim menyarankan kepada sejumlah tokoh Muslim dan ulama untuk mengembalikan para pemercaya Ahmadiyah ke dalam Islam yang sesungguhnya karena para penganut Ahmadiyah di desa-desa masih dapat diluruskan.
"Yang susah untuk diluruskan adalah para pemimpin yang punya kepentingan dengan hal itu, sehingga titik permasalahan tersebut telah dibuat menjadi sebuah fenomena nasional dan bahkan internasional," katanya.
(KR-BPY/E011/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011