Kairo (ANTARA News) - Sejumlah tentara Mesir yang melakukan penjagaan keamanan di Bundaran Tahri Kairo melakukan sujud syukur begitu mendengar pengumuman Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada Jumat malam.

"Alhamdulillah," kata seorang tentara setelah melakukan sujud syukur.

Militer Mesir, yang dalam tiga pekan terakhir mengerahkan tank-tank tempur di ibu kota Kairo dan sejumlah provinsi, mengambil alih pelaksanaan keamanan dari kepolisian.

Sejak 28 Januari, polisi menghilang akibat terkalahkan oleh aksi unjuk rasa.

Wakil Presiden Omar Suleiman mengumumkan pengunduran diri tersebut setelah beberapa jam sebelumnya Presiden Mubarak dan keluarganya meninggalkan ibu kota Kairo ke Sharm El-Shaikh, kota wisata pesisir Laut Merah (500 km arah timur Kairo).

Begitu Wapres Suleiman mengumumkan pengunduran diri Mubarak, rakyat bersorak membahana, mobil-mobil menyalakan klakson.

Ucapan Allahu Akbar membahana dilangit Mesir.

Jutaan pengunjuk rasa yang masih bertahan di Bundaran Tahri sejak selesai shalat Jumat (11/2) dan berjanji tidak akan kembali ke rumah sebelum Mubarak mundur.

Ribuan pemrotes lainnya mengepung Istana El Qobba, salah satu Istana di Kairo yang biasanya menjadi tempat menginap tamu negara termasuk Presiden Soekarno dan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Selain Istana El-Qobba, Istana Presiden musim panas di Iskandariyah (221 km utara Kairo) juga diduduki pengunjuk rasa pada Jumat.

Perubahan iklim politik di Mesir dalam 24 jam terakhir berubah begitu cepat.

Sekitar 60.000 pengunjuk rasa dilaporkan menjalankan shalat El Qobba, istana peninggalan Raja Farouk tersebut.

Pada Kamis malam, Mubarak menyampaikan pidato -- yang semula diduga kuat akan mengumumkan pengunduran diri -- tapi ternyata dalam pidatonya menyatakan tidak mundur.

Militer juga dalam 24 terakhir telah dua kali Memo Hasil Keputusan Dewan Tertinggi Militer yang menyatakan akan tetap memelihara keamanan negara. (M043/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011