terjadi lebih dari 10 ribu kejadian bencana alam di Indonesia, didominasi bencana cuaca ekstrem, kemudian banjir dan tanah longsor
Ambon (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam lima tahun terakhir terjadi 17.032 peristiwa bencana alam di Indonesia, menyebabkan 30.139.694 jiwa mengungsi, 28.928 jiwa luka-luka, 6.655 jiwa meninggal dan 1.043 jiwa hilang hingga saat ini.
"Dari 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2020 telah terjadi lebih dari 10 ribu kejadian bencana alam di Indonesia, didominasi oleh bencana cuaca ekstrem, kemudian banjir dan tanah longsor," kata Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan berdasarkan potensi dan dampak yang diakibatkan, BNPB memetakan bencana alam yang terjadi di Indonesia dalam 10 tipe, yakni gempa bumi, erupsi gunung api, tsunami, gempa bumi dan tsunami, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gelombang pasang dan abrasi, kekeringan, banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem.
Baca juga: BNPB: Sadar risiko bencana jadi tonggak utama mitigasi
Selama lima tahun terakhir BNPB mencatat telah terjadi 17.032 kejadian bencana alam di Indonesia. Bencana alam terbesar adalah bencana cuaca ekstrem sebanyak 5.436 kejadian, disusul banjir 4.936 kali, tanah longsor 3.835 kali, karhutla sebanyak 2.144 kali, gelombang pasang dan abrasi ada 147 kejadian, gempa bumi sebanyak 109 kali, erupsi gunung api 85 kali terjadi, tsunami satu kali, dan gempa bumi yang menghasilkan tsunami satu kali.
Kejadian tersebut menyebabkan 30.139.694 jiwa terpaksa harus mengungsi, 28.928 jiwa mengalami luka-luka, 6.655 jiwa meninggal dunia dan 1.043 orang dinyatakan hilang hingga saat ini.
Baca juga: BNPB: Perubahan iklim picu bencana hidrometeorologi
Sebanyak 1.682.981 jiwa (56,57 persen) mengungsi karena banjir, 829.008 jiwa (27,87 persen) akibat gempa bumi, 181.366 jiwa (6,10 persen) karena gempa bumi dan tsunami, 165.003 jiwa (5,55 persen) akibat letusan gunung api, 52.737 jiwa (1,77 persen) akibat tanah longsor, 42.325 jiwa (1,42 persen) karena tsunami, 18.819 jiwa (0,63 persen) akibat cuaca ekstrem, 2.418 jiwa (0,08 persen) akibat gelombang pasang dan abrasi, dan 154 jiwa (0,01 persen) mengungsi karena karhutla.
Sementara untuk korban meninggal dunia akibat bencana alam didominasi oleh gempa bumi dan tsunami sebanyak 3.674 jiwa (55,2 persen), disusul banjir sebesar 963 jiwa (14,5 persen), 757 jiwa (11,4 persen) akibat gempa bumi dan 663 jiwa (10,0 persen) akibat tanah longsor.
"Selain bencana alam yang telah terpetakan, pemerintah telah menetapkan penyebaran COVID-19 sebagai bencana nasional non alam pada 13 April 2020," ucap Raditya.
Baca juga: BNPB dorong peningkatan minimalisasi dampak bencana setelah 15 banjir
Dikatakannya lagi, bencana alam yang terjadi selama 2016-2020 juga menyebabkan dampak rusaknya rumah warga dan fasilitas umum. Tercatat ada 596.661 rumah rusak, 165.542 di antaranya rumah rusak berat dan tidak bisa ditinggali lagi, 112.412 rusak sedang dan 318.707 rusak ringan.
Sementara total fasilitas umum yang rusak sebanyak 15.778, 7.632 bangunan di antaranya adalah fasilitas pendidikan, 4.331 fasilitas peribadatan dan 995 adalah fasilitas kesehatan.
"Korban meninggal paling banyak diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami, korban mengungsi paling banyak disebabkan oleh banjir, sedangkan kerusakan rumah paling banyak diakibatkan oleh gempa bumi," katanya.
Baca juga: BNPB dorong literasi sejarah bencana Indonesia dari Ambon
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021