persilahkan investor yang mengeluarkan biaya besar untuk eksplorasi minyak, toh kalau gagal kita tidak mengeluarkan biaya sedikit pun, sementara jika berhasil kita bisa menikmatiSamarinda (ANTARA) - Konsultan migas Prof Dr-Ing Rudi Rubiandini mengatakan perusahaan umum daerah (Perusda) tidak mungkin bisa memiliki sumur migas karena biaya untuk eksplorasi yang sangat besar dan berisiko tidak mendapat hasil sehingga bisa bangkrut.
"Sebagai contoh, eksplorasi sumur migas di Kalimantan Timur oleh Indonesia Deepwater Development (IDD), dibutuhkan investasi 6,98 miliar dolar AS," ujar Rudi saat menjadi narasumber dalam temu media yang digelar SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi di Samarinda, Rabu.
Biaya sebesar itu antara lain digunakan untuk membangun anjungan satu rig saja dibutuhkan sekitar 100 juta dolar, kemudian anjungan hidup (untuk karyawan di laut) sekitar 200 juta dolar, belum lagi anjungan pipa utama dan investasi lainnya.
Sudah berinvestasi miliaran dolar pun, lanjutnya, belum tentu sumur yang dibor tersebut menghasilkan minyak, sudah sering eksplorasi yang dilakukan oleh investor tapi gagal, sehingga eksplorasi tersebut memiliki faktor risiko tinggi.
"Untuk itu, persilahkan investor yang mengeluarkan biaya besar untuk eksplorasi minyak, toh kalau gagal kita tidak mengeluarkan biaya sedikit pun, sementara jika berhasil kita bisa menikmati. Kita tidak harus memiliki, yang penting bisa merasakan nikmatnya," ucap mantan Kepala SKK Migas ini.
Ia juga mengatakan bahwa pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Timur sudah lama menikmati dana dari migas, sehingga ia menyarankan agar deviden migas serta dana bagi hasil (DBH) migas diinvestasikan untuk mencetak sumber daya manusia di sektor migas.
Menurut Wakil Menteri ESDM 2012-2013, investasi pendidikan di sektor migas berupa pemberian beasiswa atau program pencetakan sarjana sektor migas sangat penting, sehingga para lulusan pendidikan program sarjana langsung bisa terserap di pasar kerja di perusahaan yang beroperasi di Kaltim.
Hingga kini pekerja di kegiatan hulu migas masih didominasi oleh pekerja dari pulau Jawa karena minimnya kemampuan warga setempat, namun hal ini bisa diatasi jika pemda membiayai putra daerah sekolah atau kuliah di jurusan sektor migas.
"Lebih baik putra daerah Kaltim dibiayai memperdalam keterampilan di sektor migas ketimbang dananya digunakan membuat patung. Putra-putri kita cerdas dan cepat menyerap ilmu apapun asalkan mendapat pendidikan yang terarah," kata Rudi.
Baca juga: Daerah penghasil migas ingin kelola sumur minyak tua
Baca juga: SKK Migas: Industri hulu migas jadi penggerak ekonomi daerah
Baca juga: Ridwan Kamil minta ladang minyak tak terurus agar dikelola daerah
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021