Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan penghargaan Lencana Jer Basuki Mawa Beya kepada atlet disabilitas Khalimatus Sadiyah, karena telah berdedikasi dan berprestasi mengangkat nama daerah.
"Lencana Jer Basuki Mawa Beya Emas merupakan tanda kehormatan tertinggi dari Pemprov Jatim kepada seseorang yang telah berdedikasi dan berprestasi mengangkat nama Jawa Timur," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Rabu.
Bagi Khofifah, Khalimatus Sadiyah tidak hanya mengangkat nama Jatim, tetapi juga mengharumkan nama bangsa di kancah internasional atas prestasinya di Paralimpiade Tokyo 2020, yang berlangsung belum lama ini.
Baca juga: Leani/Khalimatus raih emas Paralimpiade Tokyo perdana bagi Indonesia
Atlet kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 17 September 1999 itu, berpasangan dengan Leani Ratri Oktila, pada cabang olahraga bulu tangkis nomor ganda putri klasifikasi SL3-SU5 Paralimpiade Tokyo 2020.
Klasifikasi SL3 -SU5 merupakan atlet dengan gangguan berjalan atau tidak seimbang, serta keterbatasan bagian tubuh atas.
Di babak final yang berlangsung di Yoyogi National Stadium Tokyo, Jepang, Sadiyah/Ratri meraih medali emas setelah mengalahkan pasangan ganda Cheng Hefang/Ma Huihi dari China dalam dua gim langsung, dengan skor 21-18, 21-12.
Khofifah menyematkan Lencana Jer Basuki Mawa Beya kepada Khalimatus Sadiyah usai upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Provinsi Jawa Timur di halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Khofifah juga memberikan bonus prestasi kepada Khalimatus Sadiyah berupa uang sebesar Rp750 juta.
Menanggapi apresiasi itu, Khalimatus mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan padanya. Menurutnya prestasinya ini berhasil diraih tak lepas dari dukungan dari berbagai pihak.
Alim, sapaan akrabnya, dengan segala keterbatasannya sebagai penyandang disabilitas menyukai olahraga sejak kecil, di antaranya dengan bermain bola voli dan sepak bola.
Baca juga: Profil atlet Paralimpiade: Khalimatus Sadiyah kebal cemohan demi juara
Baca juga: Dubes RI terharu Merah Putih berkibar di Tokyo berkat Leani/Khalimatus
Alim kemudian mulai serius menggeluti olahraga bulu tangkis ketika duduk di bangku kelas 5 SD dan bergabung dengan klub Bendo Sport di Mojosari, Mojokerto.
Dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Paralimpiade, tercatat terakhir kali memperoleh medali emas di tahun 1980 yang berlangsung di Arnhem, Belanda.
Maka, medali emas yang diraih Alim bersama Ratri di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah pertama kalinya setelah mengalami paceklik selama 41 tahun.
Indonesia menempati peringkat 43 di Paralimpiade Tokyo 2020 dengan total perolehan sembilan medali, yaitu dua emas, tiga perak dan empat perunggu.
Pewarta: A Malik Ibrahim/Hanif Nashrullah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021