Moskow (ANTARA News) - Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir pada Jumat mendukung pengalihan kekuasaan Presiden Hosni Mubarak kepada wakil presidennya, sehingga memicu kemarahan dari pemrotes yang menuntutnya mundur.
Militer juga menjanjikan pemilihan umum bebas, namun belum menentukan tanggal pastinya, serta mengumumkan sebuah tawaran bersyarat untuk mengakhiri masa darurat segera setelah situasi sekarang pulih sepenuhnya, demikian RIA Novosti melaporkan.
Mubarak menyampaikan pidato kenegaraannya pada Kamis, sekaligus menyerahkan seluruh kekuasaan kepada Wakil Presiden Omar Suleiman, mantan kepala intelijen, dan mengajukan amandemen konstitusi. Pidato tersebut memicu kemarahan di antara para demonstran di Bundaran Tahrir, Kairo, yang mengharapkan ia mengumumkan pengunduran dirinya.
Pernyataan militer pada Jumat itu juga meminta negara untuk kembali bekerja dan menjanjikan untuk tidak menuntut para demonstran yang menyebabkan terhentinya kehidupan normal di negara berpenduduk terbesar di Arab itu.
Suleiman memerintahkan Perdana Menteri Ahmed Shafik agar menunjuk deputi yang akan bertanggung jawab untuk menggelar dialog nasional dengan pihak oposisi, menurut laporan televisi nasional Mesir.
Sementara itu, ratusan ribu pemrotes mulai berkumpul di Bundaran Tahrir, dengan kerumunan besar di dekat pusat stasiun televisi yang berjarak setengah kilometer. Demonstran lainnya akan datang pada saat salat Jumat. Pihak oposisi menuduh media pemerintah telah mengaburkan laporan liputan aksi protes mereka.
Angkatan Bersenjata Mesir sebelumnya mengingatkan bahwa mereka akan menggunakan kekuatannya terhadap pihak-pihak yang memprovokasi kekerasan maupun mengancam keamanan publik atau negara. (PPT/RN/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011