Saat ini, 60 persen pasar digerakkan asing
Jakarta (ANTARA News) - Otoritas bursa meminta pelaku pasar untuk tidak mencemaskan tren bursa saham dalam negeri yang beberapa pekan belakangan menunjukkan pergerakkan melemah (bearish) karena fundamental ekonomi Indonesia relatif baik.
"Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini tidak berkaitan dengan fundamental ekonomi Indonesia," ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan, pelaku pasar lokal tidak perlu mencemaskan prilaku pelaku pasar asing yang sebagian keluar dari pasar saham, sebaliknya itu harus menjadi momen bagi investor lokal untuk masuk ke pasar saham agar dominan.
"Saat ini, 60 persen pasar digerakkan asing," kata Ito.
Ito menambahkan, keluarnya sebagian investor asing salah satunya dipicu oleh rekomendasi sejumlah analis asing yang menyarankan investor global menghindari berinvestasi di Indonesia. Rekomendasi ini membuat investor domestik melakukan aksi ambil untung.
"Seharusnya investor domestik tidak perlu panik akan hal ini. Malah seharusnya investor domestik harusnya membeli. Nah saat asing masuk lagi ke pasar saham, mereka akan beli pada posisi yang tinggi," katanya.
Ito yakin pasar saham Indonesia masih akan terus positif karena salah satunya didukung kinerja emiten yang terus ekspansi, terlihat dari kinerja perusahaan dalam negeri yang membaik.
Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didorong laporan keuangan emiten yang baik akan mencipta sentimen positif untuk bursa saham Indonesia.
Total laba bersih emiten Indonesia diprediksikan mencapai Rp150 triliun hingga Rp170 triliun pada 2010, kata Ito.
Mengenai harga saham Garuda yang bergerak melemah saat pencatatan pertamanya, Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Harry Supoyo mengatakan, itu dipengaruhi pasar global yang tidak kondusif.
"Pasar global juga tidak terlalu kondusif dan indeks saham juga turun. Mudah-mudahan sebagai debutan baru, saham Garuda bisa bertahan hari ini," katanya.(*)
KR-ZMF/B008
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011