Saya menelpon pasangan dari mereka yang terlibat negosiasi itu untuk melakukan boikot seks sampai memperoleh kesepakatan

London (ANTARA News) - Boikot seks, itu jawaban ampuh bagi politisi yang doyan berlama-lama menempuh negoisasi tanpa menghiraukan kemaslahatan hidup bersama.

Tips ini telah dilontarkan oleh seorang senator perempuan Marleen Temmerman saat menyaksikan ulah politisi Belgia yang tak kunjung dapat membentuk pemerintahan.

Apakah boikot seks memang ampuh merespons politisi yang gandrung berdiskusi? Seorang penulis di harian Inggris, Guardian, Kira Cochran menyatakan publik tidak dapat begitu saja menghakimi langkah itu sebagai baik atau buruk.

Masih perlu telaah soal latarbelakang dan alasan munculnya upaya itu. Setelah 243 hari melewati pemilu, politisi Belgia masih saja alot berdiskusi membentuk pemerintahan. Ujung-ujungnya justru jalan buntu. Ini yang membuat Temmerman melontarkan obat mujarab bagi mereka yang nota bene telah relatif berusia tua.

"Saya menelpon pasangan dari mereka yang terlibat negosiasi itu untuk melakukan boikot seks sampai memperoleh kesepakatan," kata perempuan asal partai sosialis itu.

Langkah Temmerman diinspirasikan oleh drama Yunani kuno bertajuk Lysistrata. Untuk mengakhiri perang Peloponnesian, tokoh Arisophanes mendaulat para perempuan untuk melakukan boikot seks. Dikisahkan pula, bahwa nyatanya langkah itu mendulang sukses.

Pada 2006, di Pereira, Kolombia, kekerasan relatif reda. Ini berkat boikot seks yang dilakukan oleh para perempuan yang menjadi teman kencan para anggota gangster di sana. Sontak, kaum Hawa membuat kelimpungan kaum Adam.

Tahun lalu, tingkat kejahatan di Kolombia menunjukkan grafik menurun. Pada 2008, di Napoli, Italia, para perempuan di sana menempuh jalan serupa agar kejahatan tidak terus meningkat.

Apakah boikot seks dapat sukses dalam jangka waktu lama? Ini terpulang kepada jenis masalah yang hendak direspons. Lihat saja peristiwa di Kenya pada 2009. Waktu itu organisasi-organisasi perempuan setempat melontarkan protes atas pertarungan politik yang tiada henti di negara mereka.

"Setelah satu pekan, roda pemerintahan berlangsung stabil," kata Temmerman. Ini menunjukkan kepada kita bahwa boikot seks memang berdaya guna. Langkah itu efektif, karena perempuan ingin ikut serta berpartisipasi dalam kehidupan politik. Boikot seks menjadi bentuk partisipasi perempuan di tengah kondisi perempuan yang termarginalisasi.

Boikot seks jelas-jelas memunculkan masalah di tengah kondisi masyarakat yang masih menganggap pria sebagai predator seks bagi pasangannya. Sementara perempuan dituntut terus menjaga kehormatan dan kesucian tubuhnya.
(A024/BRT)

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011