penyebab paling banyak kematian ketika puncak musim hujan adalah adanya korban tersengat aliran listrik

Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengingatkan warga untuk memastikan keamanan kabel listrik karena berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan ketika terjadi banjir sebagai dampak curah hujan ekstrem.

"Seluruh masyarakat untuk mulai memastikan wilayah, kondisi kampung, rumah relatif aman khususnya terkait dengan listrik dan gas karena saat musim hujan sering menimbulkan risiko kecelakaan," kata Anies saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Pemprov DKI tambah alat ukur curah hujan di 267 kelurahan

Menurut dia, penyebab paling banyak kematian ketika puncak musim hujan adalah adanya korban tersengat aliran listrik.

Untuk itu, baik masyarakat dan instansi terkait untuk ikut memastikan keamanan sambungan kabel listrik sebagai antisipasi dini.

Anies menargetkan nihil korban jiwa ketika puncak musim hujan di Jakarta.

Baca juga: Anies ajak warga antisipasi tiga ancaman saat puncak musim hujan

"Hujan datang dan pergi tapi jangan sampai menyisakan angka kematian, itu artinya antisipasi dari awal. Penyebab paling banyak kematian saat hujan adalah sengatan listrik, pastikan dalam fase siaga, pengamanan ini dilakukan," ucapnya.

Selain nihil korban jiwa, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menargetkan dalam waktu enam jam setelah hujan berhenti, genangan air sudah surut.

"Begitu hujan berhenti, kami punya waktu enam jam untuk memastikan kering. Kerahkan semua pompa bergerak (mobile), pompa pemadam kebakaran, semuanya, tarik air itu, enam jam surut," imbuhnya.

Baca juga: Wagub: gerebek lumpur beri efek positif pada Jakarta

Begitu juga apabila terjadi limpahan air akibat luapan Sungai Ciliwung, ia menargetkan dalam enam jam kiri dan kanan kawasan dekat bantaran sungai itu sudah kering.

Adapun kapasitas debit air di Sungai Ciliwung, lanjut dia, mencapai 600 meter kubik per detik.

"Apabila air yang melewati Sungai Ciliwung sampai di atas 600 meter kubik per detik, pasti kanan dan kiri menerima limpahan air. Begitu kembali kepada titik 600 meter kubik per detik, maka dihitung enam jam harus kering kawasan kanan kiri yang dilewati," ucapnya.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dari perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada September hingga November 2021.

Sedangkan, puncak curah hujan dan potensi rob diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021