Washington (ANTARA News) - Jika China melanjutkan pengurangan polusi yang diterapkan selama Olimpiade 2008, kans risiko penduduk Beijing terkena kanker paru-paru akan berkurang separuhnya, saran sebuah studi Selasa, demikian AFP melaporkan.
Hal itu berarti turun 10.000 kasus kanker paru-paru, kata studi tersebut dalam jurnal Perspektif Kesehatan Lingkungan karya para periset dari Universitas Peking di Beijing dan Oregon State University di Amerika Serikat bagian barat.
Studi tersebut, yang pertama kali meneliti bagaimana kendali polusi dapat mempengaruhi kesehatan manusia di China, memfokus polutan yang dinamai PAHs (polycyclic aromatic hydrocarbons) yang timbul dari pembakaran batu-bara, kayu untuk kompor dan mobil.
china mengeluarkan PAHs terbanyak dibanding negara manapun di dunia ini, diikuti India dan Amerika Serikat.
"Polusi PAH jauh berkurang dikarenakan langkah-langkah yang diambil China selama Olimpiade 2008, seperti membatasi penggunaan kendaraan, mengurangi pembakaran batu-bara dan menutup sejumlah pabrik pembuat polusi," kata Staci Simonich, seorang profesor tamu bidang kimia dan toxicologi lingkungan di Oregon State University.
"Hal itu merupakan langkah positif, dan menunjukkan bahwa jika langkah-langkah seperti itu diteruskan dapat mengurangi secara signifikan risiko kanker akibat jenis polutan tersebut."
Namun, terdapat lebih dari 3,6 juta kendaraan di Beijing dan jumlah tersebut naik 13 persen per tahun.
"Pengendalian emisi kendaraan adalah kunci untuk mengurangi risiko kanker saluran pernapasan yang disebabkan paparan PAH di kota-kota besar China." kata studi itu.
Analisis tersebut menyatakan bahwa Beijing, yang didiami 22 juta orang, mempunyai kans sekitar 21.200 kasus kanker paru-paru pada tingkat polusi PAH sekarang ini.
Namun jika pengendalian polusi yang diinstitusionalisasikan selama Olimpiade dipertahankan, jumlah tersebut akan turun menjadi 11.400.
Menurut sejumlah estimasi, 300.000 orang meninggal tiap tahun di China akibat serangan jantung dan kanker paru-paru yang dikaitkan dengan polusi udara, termasuk PAHs.
"Ini pastilah menjadi permasalahan kesehatan dan pantas mendapat perhatian di China baik oleh pemerintah maupun publik," kata mitra-pengarang studi Yuling Jia, seorang profesor tamu riset di Oregon State University.
Beijing, salah satu kota paling tercemar di dunia, telah menginvestasikan 15 miliar dolar untuk memperbaiki kualitas udara sejak 1998, menurut pemerintah China. Pada 2009, Beijing memperluas langkah-langkah pengendalian lalu lintas yang diterapkan selama Olimpiade. (ANT/K004)
Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011