"Alhamdulillah. Saya bersyukur karena sudah diberi kesempatan oleh Allah mendapat rejeki ini," kata dia ditemui di GOR Koya Koso, Kota Jayapura, Selasa malam WIT.
Pemain timnas voli ini pertama kali meraih medali emas pada PON 2012 di Riau, kemudian kembali berdiri ke podium tertinggi pada PON 2016 di Jawa Barat.
Pada PON Papua, pemain yang akrab disapa Wilda itu kembali membuktikan bisa meraih hasil terbaik dengan mendapatkan medali emas.
Perolehan ini adalah kali terakhirnya beraksi di lapangan voli edisi PON karena usianya yang saat ini menginjak 26 tahun dia tak bisa memperkuat Jawa Barat pada ajang multievent terbesar tanah air pada 2024.
"Iya, ini PON terakhir saya. Semoga adik-adik bisa mempertahankan kembali medali emas. Dan saya yakin mereka bisa," kata atlet kelahiran Bandung 7 Februari 1996 itu.
Baca juga: Voli putri Jabar harus kehilangan satu set saat kalahkan Papua Barat
Menurut Wilda, proses regenerasi atlet voli di Bandung sudah berjalan baik sehingga bakal muncul pemain-pemain muda berkualitas.
Selama tiga kali menyabet emas, Wilda paling berkesan saat mendapatkannya pada PON Riau karena merupakan torehan bersejarah setelah 20 tahun tak pernah direbut Jawa Barat.
"Sejak saat itu, kami terus mempertahankannya," kata atlet yang beberapa kali mengantar klubnya juara dalam turnamen voli profesional Indonesia, Proliga tersebut.
Sementara itu, pelatih voli putri Jawa Barat Risco Herlambang mengakui kualitas yang dimiliki Wilda Nurfadhilah sangat membantu timnya meraih medali emas selama tiga kali terakhir PON.
"Memang dia tidak bisa bermain lagi di PON mendatang karena usia. Tapi regenerasi di Jabar berjalan baik dan ada pembinaan di usia-usia tertentu. Ini yang membuat pemain-pemain voli Jabar selalu bermunculan," tutur pelatih yang namanya malang melintang di dunia bola voli Indonesia ini.
Baca juga: Voli putri DKI Jakarta bawa pulang perunggu usai bungkam tuan rumah
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021