Bursa Indonesia kembali dilanda aksi profit taking seiring melemahnya bursa kawsan regional yang juga dilanda profit taking

Jakarta (ANTARA News) - Tertekannya mayoritas bursa kawasan regional membawa sentimen negatif pada indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis pagi, sehingga dibuka ikut tertekan.

IHSG BEI dibuka melemah 25,90 poin atau 0,76 persen ke posisi 3.391,58 poin dan kelompok 45 saham-saham unggulan (LQ45) juga melemah 6,61 poin (1,10 persen) ke level 593,04.

Analis sekuritas Ahmad Riyadi di Jakarta, Kamis mengatakan, posisi investor saham kawasan bursa regional yang melakukan ambil untung (profit taking) memicu investor dalam negeri ikut mengambil aksi ambil untung.

"Bursa Indonesia kembali dilanda aksi profit taking seiring melemahnya bursa kawsan regional yang juga dilanda profit taking," katanya.

Ia mengatakan, sentimen negatif bursa regional dan kenaikan suku bunga di China menjadi alasan utama para pelaku pasar.

Ia menambahkan, saham-saham unggulan menjadi sasaran para investor melepas portofolio sahamnya yang nilainya memang sudah tinngi, dan beralih untuk mencari instrumen investasi dengan imbal hasil lebih baik serta berisiko rendah.

"Harga emas mengalami kenaikan yang signifikan, investor banyak mengalihkan dananya ke instrumen emas, karena emas dinilai kecil risikonya," ujarnya.

Ia mengatakan, penurunan indeks selama tiga hari berturut-turut mengakibatkan semua sektor dalam posisi tren turun.

Beberapa saham yang masih dalam posisi tren naik diantaranya saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Bank Negara Indonesia (BBNI), Indofood Sukses Makmur (INDF).

Hingga pukul 9.45 WIB indeks BEI terus melanjutkan pelemahan berada diposisi 3.356,26 atau melemah 61,21 poin (1,79 persen)

Sementara bursa Regional seperti Indeks Hang Seng melemah 194,25 poin (0,84 persen) ke level 22.976,57, Indeks Nikkei-225 turun 4,06 poin (0,04 persen) ke level 10.613,77, dan Indeks Straits Times melemah 18,08 poin (0,57 persen) ke level 3.123,51.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011