Kairo (ANTARA News) - Pemimpin tertinggi atau Syeikh Agung Al-Azhar, Mesir, Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb menyesalkan pemulangan mahasiswa Indonesia padahal keamanan mereka dijamin oleh universitas tersebut.

"Kenapa mereka harus dipulangkan?", tanya Syeikh Agung Al Azhar dengan nada menyesalkan, ketika menerima Dr. Nur Hassan Wirajuda, Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhonono, di Kairo, Rabu.

Dalam pertemuan di kantor Syeikh Agung di Distrik Darrasah tersebut, Nur Hassan yang juga mantan menteri luar negeri itu didampingi Duta Besar RI untuk Mesir A.M. Fachir.

Ketika menjawab pertanyaan bernada menyesalkan tersebut, Nur Hassan menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia mengevakuasi warga negaranya semata-mata atas pertimbangan keamanan dan untuk melindungi WNI secara fisik.

"Pemerintah Indonesia bukan memulangkan, tapi mengevakuasi sementara akibat keadaan darurat di Mesir, dan bila keamanan sudah pulih, mereka akan kembali lagi untuk melanjutkan kuliah," ujar Hassan.

Syeikh Tayeb juga menyinggung kapasitas asrama Al Azhar yang menampung ribuan mahasiswa dari berbagai negara termasuk dari Indonesia dan masih banyak di antara mahasiswa asing menunggu giliran masuk asrama.

"Banyak mahasiswa dari berbagai negara terutama dari Afrika yang belum kebagian kamar asrama, jadi kalau mahasiswa Indonesia pulang berarti kamar asrama mereka bisa digantikan selamanya," ujar Syeikh Agung tersebut.

Kulian di Universitas Al Azhar telah dimulai kembali pada Ahad (6/2) setelah libur usai ujian semester bulan lalu di samping krisis.

Hassan Wirajuda, yang juga mantan Duta Besar RI untuk Mesir (1997-1998) itu berkunjung ke Mesir dalam kapasitas sebagai Utusan Khusus Presiden dan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Evakuasi WNI di Mesir.

Wirajuda juga mengantarkan bantuan bahan makanan seberat delapan ton untuk dibagikan kepada WNI.

Keamanan mahasiswa
Terkait keamanan mahasiswa, Kepala Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan KBRI Kairo, Iwan Wijaya Mulyatno menjelaskan bahwa sejauh ini semua mahasiswa aman, meskipun ada beberapa di antaranya sempat ditanyai oleh pihak keamanan Mesir.

"Memang ada beberapa mahasiswa yang secara kebetulan ditanyai pihak keamanan setempat dan bahkan sempat dibawa ke pos polisi, tapi setelah diketahui bahwa mereka mahasiswa Al Azhar, langsung dibebaskan," katanya.

Pernyataan senada diutarakan Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPMI) Mesir, Falahuddin Nursalim. Menurut dia, ada mahasiswa yang dimintai keterangan oleh pihak keamanan, tapi setelah diketahui identitas mereka sebagai mahasiswa Al Azhar, petugas langsung membebaskan.

Pemeriksaan identitas itu tidak hanya terbatas pada mahasiswa Indonesia, tapi berlaku pula oleh warga asing lainnya demi keamanan.

Ian Syafri, mahasiswa Indonesia yang kuliah Al Azhar cabang Inskandariyah mengaku sempat ditahan saat ia dalam perjalanan menuju Kairo untuk evakuasi ke Indonesia.

"Saya sempat ditahan sekitar tiga jam di Giza dalam perjalanan dari Iskandariah ke Kairo pekan lalu. Tapi setelah diketahui bahwa saya mahasiswa Al Azhar, langsung dibebaskan sambil minta maaf. Mereka (aparat keamanan) itu hormat sekali pada Al Azhar," ujar Syafri.

Sementara itu, Atase Pendidikan KBRI Kairo, Prof. Dr. Sangidu mengatakan jumlah total mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al-Azhar tercatat 3.523 orang, terdiri atas 3.000 mahasiswa program strata-1 (S-1), 500 orang program S-2, dan 23 lainnya program S-3.

Hampir semua mahasiswa tersebut mendapat beasiswa atau santunan belajar dari Al Azhar dan beberapa lembaga sosial.

Menurut Prof. Sangidu, Universitas Al Azhar saat ini memberi beasiswa dan mengasramakan sebanyak 1.500 mahasiswa Indonesia, terdiri atas 750 di asrama banin (putra) dan 750 orang lagi di asrama banat (putri).

Selain Al Azhar, pemerintah Mesir lewat Dewan Syariah memberi beasiswa bagi 150 mahasiswa Indonesia, Majelis Al`la Mesir 20 orang dan Baituz Zakat Kuwait sebanyak 700 orang.

Sementara 2.000 mahasiswa Indonesia non-beasiswa memperoleh bantuan sembako setiap bulan dari Dewan Syariah Mesir berupa beras, gula, minyak goreng dan mie instan, katanya.

Prof. Sangidu yang juga dosen pada Universitas Gajah Mada, Yogyakarta itu mengalkulasi pemberian beasiswa bagi mahasiswa Indonesia oleh pemerintah Mesir lewat Al Azhar, Dewan Syariah dan Majelis A`la itu berkisar Rp 26,3 miliar per tahun atau sekitar Rp 2,2 miliar per bulan.

Namun sejak krisis politik melanda Mesir, beasiswa untuk bulan Januari belum disalurkan dan kelanjutannya pun belum diketahui, kata Prof. Sangidu.
(M043/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011