Kairo (ANTARA News) - Tiga orang tewas dan beberapa lain terluka akibat tembakan dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pemrotes selama demonstrasi yang diikuti sekitar 3.000 orang di sebuah provinsi Mesir barat, kata televisi dan sumber-sumber keamanan, Rabu, seperti dikutip Reuters.
Bentrokan itu, yang terjadi di New Valley, sebuah provinsi yang mencakup oasis di gurun barat Mesir, terjadi pada Selasa dan berlanjut hingga Rabu, kata beberapa sumber keamanan.
Televisi pemerintah mengatakan, tiga orang tewas dalam bentrokan tersebut namun tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu.
Tampaknya itu merupakan bentrokan sengit pertama antara polisi dan pemrotes sejak pasukan kepolisian ditarik dari jalan-jalan di Mesir setelah mereka memukuli dan menembakkan gas air mata serta peluru karet pada pemrotes pada 28 Januari, yang kemudian disebut-sebut sebagai "Hari Kemarahan".
Presiden Hosni Mubarak mengirim pasukan angkatan darat ke jalan pada malam itu, namun kemudian terjadi penjarahan dan pelanggaran hukum selama beberapa hari setelah penarikan polisi dan banyak tahanan kabur dari penjara.
Senin, satu sumber keamanan mengatakan, mantan Menteri Dalam Negeri Mesir Habib el-Adli dihadapkan ke pengadilan militer dan mungkin menghadapi tuntutan menimbulkan kekacauan selama protes.
Bentrokan mematikan itu terjadi setelah Presiden AS Barack Obama menyatakan yakin ada kemajuan di Mesir, setelah Wakil Presiden Omar Suleiman bertemu dengan sejumlah kelompok oposisi dalam upaya meredam pergolakan anti-pemerintah.
"Jelas, Mesir harus merundingkan sebuah jalan dan mereka sedang mencapai kemajuan," katanya kepada wartawan setelah berpidato di Kamar Dagang AS, Senin.
Minggu, Suleiman -- pembantu utama dan mungkin pengganti Presiden Hosni Mubarak -- mengundang kelompok-kelompok oposisi untuk membahas pembentukan sebuah panel yang akan memandu reformasi demokratis.
Namun, demonstran tidak terkesan dan berjanji melanjutkan aksi mereka yang sudah berlangsung dua pekan di Lapangan Tahrir, Kairo.
Partai-partai oposisi, yang mencakup kelompok kuat Ikhwanul Muslimin, mengulangi tuntutan mereka bagi pengunduran diri Mubarak atau pendelegasian kekuasaannya segera kepada Suleiman.
Demonstran yang menguasai Lapangan Tahrir di Kairo pusat, yang beberapa diantaranya pendukung Ikhwanul Muslimin tapi sebagian besar pemrotes sekuler yang tidak terikat, tetap bersikeras bahwa Mubarak harus mengundurkan diri segera.
Para aktivis muda pro-demokrasi Mesir yang menuntut pelengseran Mubarak, yang telah berkuasa selama tiga dasawarsa, diilhami oleh pemberontakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.
Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.
Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011