Jakarta (ANTARA News) - Aliansi Jurnalis Independen Indonesia mengajak pers mengedepankan berita yang menguatkan toleransi kehidupan beragama yang dapat menjadi wadah dialog sehat diantara para pemeluk agama.

"Tragedi di Cikeusik dan Temanggung perlu kita jadikan bahan refleksi, apakah pers telah menjalankan peran dalam menciptakan sikap toleran," kata Ketua AJI Indonesia, Nezar Patria, dalam siaran pers yang diterima, di Jakarta, Rabu.

Dalam hal kekerasan terhadap warga Ahmadiyah, AJI mencatat masih banyak berita yang mempertajam perbedaan keyakinan dengan sikap pers yang sering memberikan ruang kepada narasumber untuk melontarkan pernyataan yang bersifat menghasut.

"Tokoh-tokoh agama yang tidak toleran terhadap perbedaan diberi ruang besar oleh pers, sementara pemikiran yang toleran kurang mendapat porsi pemberitaan," tambahnya.

Terkait penyerangan gereja di Temanggung, AJI mencatat adanya pemberitaan yang menjadi penyulut kebencian terhadap umat Kristen dan Katolik terkait pengadilan kasus penistaan agama oleh Antonius Richmond Bawengan.

Pers perlu mengedepankan jurnalisme damai yang mendorong resolusi konflik, bukan eskalasi konflik.

Pemberitaan yang bersifat diskriminatif terhadap penganut agama minoritas harus dihindari.

AJI menegaskan bahwa kebebasan berkeyakinan dan menjalankan ibadah merupakan hak azasi setiap orang dan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh karena itu, AJI mengajak pers untuk selalu mempromosikan pentingnya kebebasan beragama di Indonesia.(*)

(T.M-NLM/A025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011