Mencegah bertemu segitiga api, dan manusia sebagai kunci

Palembang (ANTARA) - Sebanyak 11.000 orang warga yang masuk dalam kelompok Masyarakat Peduli Api menjadi mitra strategis pemerintah dan para pemangku kepentingan bidang kehutanan dan perkebunan dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Basar Manullang mengatakan ribuan orang ini tersebar hampir di setiap provinsi di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang rawan mengalami karhutla.

“Dengan peran pentingnya, ke depan saya kira harus ada lembaga yang mewadainya,” kata Basar dalam Focus Group Discussion “Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Karhutla” pada acara Festival Iklim 2021 yang dilakukan secara virtual, Selasa.

Basar mengatakan hadirnya MPA ini tak lepas dari kenyataan bahwa kasus-kasus karhutla itu diyakini 99 persen disebabkan oleh manusia.

Ini bermula dari adanya kebiasaan atau perilaku untuk membuka lahan dengan cara membakar, bahkan di kelompok masyarakat tertentu aktivitas ini masih dianggap kearifan lokal.

Selain itu, karhutla juga kerap dipicu oleh adanya kebutuhan lahan, konflik lahan, hingga faktor pemicu lainnya seperti cuaca, gelombang panas, dan adanya bahan bakar yang banyak.

“Prinsip kerjanya yakni mencegah bertemu segitiga api, dan manusia sebagai kunci. Oleh karena itu MPA ini menjadi sangat penting perannya untuk mengubah perilaku,” kata dia.

Untuk itu, pemerintah sudah membentuk mekanisme untuk pembentukan MPA ini, untuk dijadikan pintu masuk pemerintah dan para pihak dalam melakukan intervensi di tingkat desa dalam penanganan karhutla dalam konteks kemitraan.

Ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri LHK No P32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/201 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Lalu, Peraturan Direktur Jenderal PPI No P.3/PPI/SET/KUM.1/1/2018 tentang Pembentukan dan Pembinaan MPA.

Baca juga: KLHK tingkatkan keterlibatan masyarakat kendalikan kebakaran hutan

Baca juga: Menteri LHK perluas peran masyarakat peduli api cegah karhutla

Terpenting, yakni dalam strategi pengendalian karhutla ini yakni bagaimana caranya menjadikan kelompok MPA sebagai mitra strategis, kata dia.

Aksi di tingkat desa itu dapat diawali dengan inventarisir desa rawan karhutla, pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar, meningkatkan livehood masyarakat desa melalui diversifikasi usaha pertanian, memberikan insentif sesuai potensi desa hingga dukungan dana.

Salah satu perusahaan hutan tanam industri di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, PT Bumi Andalas Permai (BAP) membentuk Masyarakat Peduli Api di sejumlah desa sekitar wilayah konsesi sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Fire Operation Management Head APP Sinar Mas Region OKI Mares Prabadi mengatakan PT BAP bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, dan KPH Wilayah IV Sungai Lumpur-Riding dalam pembentukan MPA tersebut.

Dalam pembentukan MPA ini, warga desa terlebih dahulu diberikan sosialisasi mengenai bahaya karhutla pada 7-8 Juni 2021. Selanjutnya, mereka akan dilatih dan dibekali kecakapan untuk pencegahan dan penanggulangan karhutla.

Perusahaan menyasar warga desa berdomisili di Desa Bukit Batu, Desa Simpang Heran, Desa Banyu Biru dan Desa Sungai Batang karena desa-desa ini terbilang rawan mengalami karhutla saat musim kemarau. “Pembentukan MPA ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, yang mana lebih memprioritaskan pada upaya pencegahan dibandingkan penanggulangan,” kata dia.

Baca juga: Taman Nasional Matalawa bentuk masyarakat peduli api

Baca juga: Masyarakat Peduli Api diberdayakan atasi kebakaran hutan

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021