Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Obsteri dan Ginekologi dr. Aditya Kusuma, Sp.OG menyebutkan ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan preeklamsia terjadi pada ibu hamil, salah satunya adalah kehamilan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Dia mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan seorang ibu hamil berisiko mengalami preeklamsia adalah kehamilan pertama, memiliki riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat preeklamsia dalam keluarga, kehamilan di usia muda atau di bawah 20 tahun dan kehamilan usia tua atau di atas 35 tahu, kehamilan kembar, ibu dengan obesitas serta ibu yang memiliki penyakit ginjal atau hipertensi kronis.
Baca juga: Pentingnya deteksi dini untuk mengetahui preeklamsia pada ibu hamil
"Kehamilan kembar itu resikonya juga tinggi, orang awam kan menginginkan kehamilan kembar tapi kalau di kedokteran ini double trouble. Kemudian ada beberapa penyekat penyerta pada ibu hamil kayak ginjal, hipertensi kronis juga lupus," ujar dr. Aditya dalam webinar "Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Risiko Kematian Ibu dan Janin" pada Selasa.
Preeklamsia sendiri merupakan gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi, termasuk kerusakan pada organ vital khususnya ginjal dan hati.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menyebut preeklamsia sebagai silent killer. Sebab menurutnya, banyak ibu hamil yang mengalami preeklamsia tidak memiliki gejala bahkan beberapa ibu hamil yang awalnya memiliki tekanan darahnya normal berubah menjadi sangat tinggi.
Preeklamsia sendiri memiliki dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin, di antaranya adalah persalinan prematur, kematian janin, berat badan lahir rendah, solusio plasenta atau plasenta terlepas sebelum waktunya dan kejang atau eklampsia.
"Bayi-bayi yang prematur ini akan menimbulkan konsekuensi yang tinggi pada jangka panjang, anaknya kemungkinan akan obesitas di usia 30-40 tahun, ada resiko diabetes, kardiovaskular dan kalau anaknya wanita, dia akan ada resiko preeklamsia juga," kata dr. Aditya.
dr. Aditya juga menjelaskan bawah tidak ada makan-makanan khusus yang dapat dikonsumsi untuk menjaga terjadinya preeklamsia. Akan tetapi, karena preeklamsia sesungguhnya berhubungan dengan sistem kardiovaskular, maka hal tepat yang perlu dilakukan adalah menjaga kesehatan jantung sebelum masa kehamilan.
"Preeklamsia itu adalah isu kardiovaskular atau jantung. Jadi ya makan yang sehat seperti akan menjaga kesehatan jantung, jangan yang memanjakan lidah saja. Sebaiknya ini dilakukan sebelum hamil kalau sudah hamil enggak akan banyak perubahan," ujar dr. Aditya.
Baca juga: Pemeriksaan dini kandungan tekan kematian akibat pre-eklampsia
Baca juga: Preeklampsia, kondisi berbahaya penyebab tertinggi kematian ibu hamil
Baca juga: Artikel - Vegetarisme dan misteri kematian Kartini
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021