Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota Pangkalpinang, Sukamto di Pangkalpinang, Rabu menyatakan, kondisi rawan pangan ini disebabkan kurang suburnya lahan sehingga pertanian padi dan jagung belum ada, sementara tanaman jenis ubi juga terbatas.
"Ketersediaan beras sebagai kebutuhan pokok warga rawan dan bisa terjadi kelangkaan apabila tersendatnya pasokan beras dari daerah sentra produksi beras dan memburuknya cuaca di perairan Babel yang mengakibatkan tidak beroperasinya kapal laut angkutan barang," ujarnya.
Ia menjelaskan, jumlah penduduk Kota Pangkalpinang mencapai 168 ribu jiwa dan rata-rata mengkosumsi satu hingga dua kilogram beras perhari, sehingga paling tidak dibutuhkan 45 ton beras per hari untuk kelangsungan hidup mereka.
Ia mengatakan, ketersediaan beras cukup mengkhawatirkan karena tingginya tingkat kosumsi beras warga seiring beras merupakan makanan pokok yang harus ada dan dikosumsi warga.
"Kita cukup mengkhawatirkan persediaan beras, karena beberapa daerah sentra produksi beras di Jawa dan Sumatera mengalami gagal panen akibat perubahan cuaca yang cukup ekstrem terhadap ketersediaan pangan di Pangkalpinang," ujarnya.
Untuk mengantisipasi kondisi rawan pangan khususnya beras, kata Sukamto, warga diimbau mengkosumsi pangan lokal seperti ubi kayu, ubi jalar, ketela dan lainnya sebagai makanan sampingan yang sehat dan mengurangi ketergantungan beras apabila terjadi kelangkaan beras tersebut.
"Kami mengharapkan warga untuk mengkosumsi ubi kayu, ubi jalar sebagai pengganti beras dan makanan sampingan untuk mengurangi kosumsi beras," ujarnya.
(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011