Sering diomeli petugas, disuruh jaga jarak kalau di tribun
Jayapura (ANTARA) - "Selama di sini, dua hari sekali saya melakukan tes PCR. Jika hari ini tidak tes, maka besoknya baru tes lagi," kata perenang putri Jawa Timur Adinda Larasati Dewi kepada Antara, Senin kemarin 11 Oktober.
Memang tidak setiap pertandingan, tidak pula sekerap Olimpiade Tokyo 2020 seperti banyak diekspos oleh media dalam dan luar negeri dua bulan lalu.
Tetapi yang dilakukan oleh panitia pelaksana Pekan Olahraga Nasional Ke-20 di Papua dalam mencegah penularan COVID-19 selama ajang multievent setiap empat tahun itu sepertinya so far so good dan lumayan menunjukkan hasil.
Baca juga: Atlet-pelatih sambut baik kebijakan prokes jelang penutupan
Buktinya, sampai 9 Oktober lalu, mengutip data Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), sedikitnya "hanya" 45 atlet dan ofisial PON Papua yang dinyatakan positif terpapar COVID-19.
Jumlah itu sama dengan 0,45 persen dari total 10.066 atlet dan ofisial yang mengikuti PON yang untuk pertama kali diadakan di provinsi paling timur Indonesia tersebut.
Bukan menganggap sepele empat puluhan atlet yang terpapar, namun persentase yang terpapar sejauh ini memang kecil, apalagi kasus-kasus itu pun tersebar di empat klaster penyelenggara PON Papua di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Merauke, yang satu sama lain berjauhan, kecuali tentunya antara kota dan kabupaten Jayapura.
Juga, nyaris tidak ada kabar lonjakan kasus di empat tempat itu selama PON Papua, apalagi dalam spektrum lebih luas di Papua secara keseluruhan.
Fakta bahwa semua atlet dan semua orang yang berkaitan langsung dengan PON Papua harus sudah mendapatkan suntikan dosis kedua vaksin COVID-19 sebelum bisa pergi ke Papua untuk mengikuti perhelatan ini dan bisa berkeliaran di venue-venue, adalah faktor yang kemungkinan besar turut membantu menekan penularan penyakit amat menular itu.
Tidak itu saja, langkah-langkah preventif yang dilakukan cukup intensif oleh otoritas-otoritas yang berkaitan dengan perhelatan ini dalam mencegah penularan COVID-19 juga terbilang cukup baik.
Protokol kesehatan, terutama di semua venue pertandingan, di dalam maupun di luar arena, juga dijalankan lumayan bagus.
Kewajiban mengenakan masker sudah dijalankan dengan cukup baik, kendati dalam beberapa kasus, seperti pada sejumlah pertandingan sepak bola ada beberapa suporter yang tak henti berteriak sepanjang laga digelar sehingga masker tidak dipakai sebagaimana seharusnya atau bahkan sama sekali ditanggalkan serta tentu saja tak menjaga jarak. Tapi kejadian ini tidak sering terjadi.
Baca juga: Luhut klaim pelaksanaan PON Papua tak sebabkan lonjakan kasus COVID-19
Ada jarak di antara kita
Menjaga jarak untuk tidak menciptakan kerumunan dan kontak terlalu dekat pun dijalankan konsisten dalam setiap venue.
Bahkan panitia dalam hampir semua cabang olahraga, paling tidak di kota dan kabupaten Jayapura, terbilang proaktif dalam mengingatkan siapa pun, agar setia mengenakan masker dan senantiasa menjaga jarak.
Di arena akuatik misalnya, di mana cabang olahraga renang dimainkan, sepanjang lomba di venue ini panitia penyelenggara tidak lelah mengimbau melalui pengeras suara agar semua orang yang berada di dalam stadion disiplin mematuhi protokol Kesehatan, terutama tetap mengenakan masker dan menjaga jarak.
Situasi sama berlaku di venue atletik di Kabupaten Mimikia. Bahkan wanti-wanti tidak hanya dikeraskan kepada penonton, karena ini juga berlaku untuk atlet dan ofisial.
"Sering diomeli petugas, disuruh jaga jarak kalau di tribun," kata peraih medali perak lari gawang putri dari DKI Jakarta, Ken Ayuthaya.
Yang juga berlaku umum selama PON Papua ini adalah keharusan setiap stadion untuk membatasi jumlah penonton yang boleh masuk menonton langsung pertandingan dan lomba, baik itu venue indoor maupun venue outdoor.
Baca juga: Menkes: 83 kasus COVID-19 teridentifikasi di PON Papua
Mengenai soal ini, Menteri Pemuda Olahraga Zainudin Amali adalah salah seorang saksi protokol kesehatan dalam mencegah penularan COVID-19 tengah dijalankan dengan relatif baik.
"Ada jarak yang diterapkan. Bahkan saya juga duduk berjarak dengan yang lain," kata Zainudin.
Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sendiri kerap meminta semua pihak terkait ager setia mematuhi protokol Kesehatan dengan selalu memperhatikan H+5. Dia juga meminta semua pihak terus mengawasi semua peserta.
Dan itu termasuk saat pulang setelah menyelesaikan kiprahnya dalam PON di mana atlet dan ofisial diwajibkan menjalani Tes PCR, dua kali. Pertama sebelum berangkat dari Papua, dan kedua setelah tiba di bandara di mana kontingen mereka berasal.
Tidak cukup di situ, terutama atlet dan ofisial, mereka wajib menjalani karantina mandiri selama lima hari, yang jika pemerintah daerah tak bisa menyediakannya, maka Satgas COVID-19 Daerah dan KONI Daerah akan turun tangan menyediakannya.
Baca juga: Airlangga: Pemerintah evaluasi mekanisme kepulangan Atlet PON XX Papua
Lumayan efektif
Agaknya langkah-langkah seperti ini lumayan efektif dalam menekan penyebaran COVID-19 selama PON Papua yang dalam tiga hari ke depan akan ditutup oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin tersebut.
Namun di atas itu semua, yang mesti mendapatkan kredit besar, adalah mungkin tingkat vaksinasi yang tinggi selama PON Papua 2021.
Jangan tanya, orang-orang yang terkait langsung dengan PON, termasuk wartawan dan relawan-relawan yang membantu kepanitiaan PON di mana-mana, entah di dalam maupun di luar venue, karena mereka ini semua diwajibkan sudah disuntik dosis kedua vaksin COVID-19. Jangankan tidak divaksin, baru satu kali menerima dosis vaksin COVID-19 saja dilarang terbang atau masuk Papua.
Vaksinasi ini juga menjadi syarat yang ditetapkan kepada warga Papua, khususnya empat tempat yang menjadi tempat beradanya venue-venue PON Papua. Dan persentase warga empat tempat di mana PON Papua digelar pun tinggi. Banyak warga yang sudah divaksin.
Data akhir September lalu saja menunjukkan tingkat vaksinasi di empat situs pertandingan PON Papua sudah mencapai 62,7 persen. Rinciannya, 60 persen di Kota Jayapura, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mimika, sedangkan di Kabupaten Jayapura sudah 57 persen.
Baca juga: 45 atlet dan ofisial PON Papua terkonfirmasi COVID-19
Adalah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyampaikan soal tersebut pada 27 September 2021. Itu artinya, sekitar setengah bulan dari hari-hari terakhir PON ini digelar. Padahal vaksinasi di empat kota ini tak berhenti dengan terus berjalan sampai kini sehingga bisa saja angkanya kini sudah lebih dari 65 persen.
Situasi ini mirip dengan saat Eropa menggelar turnamen sepak bola sebenua itu atau Euro 2020 pertengahan tahun ini yang baru lewat lalu, di mana untuk pertama kalinya mereka menggelar perhelatan olahraga yang disaksikan penonton. Dan sukses. Angka infeksi tetap rendah, turnamen pun berjalan bagus.
Demikian pula dengan Olimpiade Tokyo. Tapi yang ini dilakukan dalam sistem gelembung yang amat ketat yang memustahilkan adanya kontak atlet dan siapa pun yang terkait langsung dengan Olimpiade, dengan warga kota Toykyo dan penduduk Jepang.
Kombinasi gelembung yang ketat dan vaksinasi yang masif di kalangan atlet dan ofisial, membuat perhelatan multicabang besar pertama di dunia diadakan di era pandemi pun berjalan baik.
Tetapi ada kesamaan antara Euro 2020, Olimpiade Tokyo dan PON Papua, kendati tidak banyak-banyak amat, bahwa vaksinasi menjadi benteng terkuat dalam mengekang COVID-19.
Memang perlu ditelusuri lebih jauh lagi, tetapi PON Papua bisa menjadi petunjuk awal yang baik. Walaupun begitu, tetaplah patuhi protokol kesehatan.
Baca juga: Satgas COVID-19 alokasikan 10.000 masker di setiap arena pertandingan
Baca juga: Penonton PON Papua manfaatkan layanan vaksinasi di Auditorium Uncen
(laporan tambahan Muhammad Ramdan dan Bayu Kuncahyo)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021