New York (ANTARA News) - Pengumuman kenaikan suku bunga China pada Selasa mendorong harga minyak turun karena pedagang meramalkan dampak pada permintaan China, tapi penurunan itu balas oleh dolar yang lebih lemah dan ketidakpastian politik di Mesir, demikian AFP melaporkan.
Per barel standar WTI (minyak mentah light sweet) di New York Mercantile Exchange, untuk pengiriman Maret, ditutup pada 86,94 dolar AS, turun 54 sen dari penutupan pada Senin.
Patokan atau acuan WTI turun hampir empat dolar dalam empat sesi terakhir.
Sementara kontrak utama London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, jatuh di bawah 98 dolar per barel sebelum pulih menjadi berakhir naik 67 sen pada 99,92 dolar.
China menaikkan 0,25 persentase poin masing-masin suku bunga deposito satu tahun dan suku bunga pinjaman yang menjadi berita utama pendorong perdagangan, kata Matt Smith dari Summit Energy.
Itu adalah kenaikan tingkat suku bunga ketiga China dalam empat bulan, dalam upaya bersama untuk menjinakkan inflasi yang takut dapat memicu kerusuhan sosial.
"Khawatir adalah bahwa mereka overtighten (terlalu ketat) dan bahwa ekonomi mereka benar-benar lebih lambat dari yang mereka harapkan," kata Smith.
"Kalau itu terjadi kita akan melihat dampak pada permintaan minyak mentah di tahun kemudian."
"Jelas pemerintah di China menjadi sangat gelisah dengan tekanan inflasi baru-baru ini yang telah meningkat ... dan bisa memperlambat permintaan yang telah menjaga harga minyak begitu kuat," kata Phil Flynn dari PFG Best.
Smith mengatakan harga minyak mentah datang dari terendah mereka dalam menanggapi rumor dari Mesir bahwa sebuah protes dari pekerja akan mempengaruhi operasi Terusan Suez, yang diperkirakan sekitar dua juta barel per hari dikirimkan melalui terusan itu. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011