Ambon (ANTARA News) - Puluhan seniman dan sastrawan berdarah Maluku menggelar aksi "Suara Damai Dari Timur Untuk Indonesia" di kawasan Monumen Gong Perdamaian Dunia, sebagai bentuk solidaritas menolak tindak kekerasan yang marak terjadi di tanah air akhir-akhir ini, Selasa malam.
Kegiatan kemanusiaan tersebut diinisiasi oleh Bengkel Seni Embun, Ambon Bergerak, Komunitas Manis Pait yang didalamnya terdapat grup musik indie, yakni D`embalz, Semang, Molukka Hip-Hop Community (MHC) dan Bengkel Sastra Maluku(BSM), serta kelompok sosial yang dibentuk oleh beberapa aktivis kemanusian lokal, yakni Kalesang Maluku.
Sedikitnya 200-an warga Kota Ambon yang berasal dari berbagai kawasan menyaksikan acara yang dimulai dengan penampilan grup musik indie beraliran pop/jazz, Semang dengan satu nomor milik Ruth Sahanaya yang bertajuk Astaga.
"Lagu ini menceritakan tentang kaula muda. Semoga lagu ini bisa menjadi motivasi bagi kita sebagai anak-anak muda Maluku dan Indonesia untuk terus maju dan menjaga perdamaian," kata vokalis band Semang, Marioni Serhalawan sebelum membawakan lagu tersebut.
Penampilan mereka kemudian dilanjutkan oleh Alfa Fofid. Penyair cilik dari BSM itu membacakan puisi berjudul Garuda Luka karya Rudi Fofid yang juga wartawan senior di Maluku.
Grup musik indie bergenre reggae, D`embalz kemudian mempersembahkan tiga tembang berjudul Rastaman Chan, Rarsamange dan Damai Dengan Cinta yang dibawakan secara akustik.
Aksi teatarikal tentang kekerasan antar manusia ditampilkan oleh Bengkel Seni Embun menjadi suguhan berikutnya, setelah musikalisasi puisi bertajuk Aku Sanggup Mati oleh Morika Tetelepta dari BSM diiringi instrumental "Arumbae" milik Massada yang dimainkan secara akustik, yakni dengan petikan gitar pimpinan Molucca Bamboo Wind Orchestra (MBWO), Rence Alfons dan dentingan biola Erick Alfons.
Personil MHC, yakni Mark Ufie, Revelino Berry dan Iphy menyanyikan Peace, kemudian dilanjutkan oleh teman-teman mereka dari grup rap Sageru dengan tambang berjudul Puritan.
Pada pertengahan acara, resolusi untuk menentang tindak kekerasan yang kerap terjadi di Indonesia akhir-akhir ini yang dibuat oleh penginisiasi aksi damai malam itu oleh dibacakan oleh Rudi Fofid.
"Kami menentang segala bentuk kekerasan yang terjadi di Indonesia dengan mengatasnamakan apa pun," katanya.
Setelah pembacaan resolusi tersebut, paduan suara anak-anak dari Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon lantas mengumandangkan tembang Anak Maluku Cinta Damai yang kata-kata Maluku diganti dengan Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul Tentang Darah ciptaan Rudi Fofid oleh penyair cilik, Elnino Fofid dari BSM.
Gilbert Edwik Sitanala, bocah berusia sembilan tahun turut pula mengumandangkan lagu ciptaannya dan kawan-kawan pada April 2010 untuk mengkampanyekan hak-hak anak dalam kegiatan Save The Children, yakni Damai Untuk Maluku.
Tidak ketinggalan Mara Christy Choir dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKPEN) Ambon tampil membawakan satu nomor pop daerah Maluku berjudul Rame-Rame, disusul Beta Berlayar Jauh dan Nona Jang Padede oleh paduan suara Amadeus dari Universitas Pattimura (Unpatti).
Penampilan mereka ditutup oleh penyampaian orasi budaya oleh Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Abidin Wakano dan pembacaaan syair Pembebasan Bangsa oleh sekretaris BSM Muhammad Irfan Ramli.
Suara Damai dari Maluku
Ada yang spesial dari kegiatan solidaritas menentang aksi kekerasan yang digelar oleh seniman dan sastrarawan Maluku, yakni tampilnya Glenn Fredly di akhir acara yang mengundang tepuk tangan dari penonton.
"Apa yang saudara-saudara lihat di televisi saat ini adalah kenyataan. Seringkali agama dijadikan alasan untuk menghakimi orang lain. Dari sini, dari tanah Ambon, Maluku mari katong (kita) suarakan perdamaian untuk Indonesia, agar bangsa ini bisa terus maju, karena bohong besar ada orang yang bisa maju tanpa kedamaian," katanya.
Penyanyi berdarah Maluku itu tampil membawakan tiga dari tembang-tembang teranyarnya, yakni Jadilah Terang, Kasih Putih dan You Are My Everything dengan iringan gitar, berganti-ganti dengan keyboard yang ia mainkan sendiri.
"Lagu ini menceritakan tentang perdamaian. Inilah suara damai dari Indonesia Timur, dari Maluku," katanya saat akan membawakan nomor Jadilah Terang yang disusul dengan refrain Kasih Putih.
Pria yang terkenal dengan lagu Januari itu juga sempat menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga kota Ambon yang sudah datang menyaksikan kegiatan solidaritas untuk menyuarakan perdamaian di Indonesia.
"Terima kasih untuk basudara semua yang sudah datang dan ikut mendukung kegiatan solidaritas ini. Mari terus ciptakan perdamaian di bumi kita yang tercinta ini," ucapnya menutup penampilannya.
Kegiatan bertajuk Suara Damai Dari Timur Untuk Indonesia di Monumen Gong Perdamaian Dunia ditutup dengan pembacaan doa secara Islam, Budha dan Hindu, serta menyanyikan lagu Indonesia Pusaka oleh seluruh pendukung acara dan masyarakat yang hadir di kawasan tersebut.
"Kegiatan ini menyatakan bahwa orang muda Maluku cinta damai dan mendukung adanya perdamaian di Indonesia," kata musisi hawaian senior asal Maluku Bing Leiwakabessy saat ditemui ANTARA usai kegiatan Suara Damai Dari Timur Untuk Indonesia.
Menurut dia, partisipasi yang ditunjukkan oleh seniman dan penyair muda Maluku pada acara tersebut telah menunjukan adanya persatuan antar mereka tanpa memandang suku, ras dan agama.
"Kegiatan ini telah memberikan ruang untuk seniman-seniman muda Maluku untuk berekspresi dan menunjukan kreativitasnya, serta jiwa persatuannya," kata Leiwakabessy.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengamat musik Maluku, Rence Alfons yang juga pemimpin Molucca Bamboo Wind Orchestra (MBWO).
"Kegiatan solidaritas seperti ini juga membuka ruang bagi para seniman kita untuk menunjukan kebolehannya, karena kegiatan kesenian sangat jarang diadakan di sini. Untuk itu pemerintah juga harus mendukungnya," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011