Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo A Benny Susetyo menegaskan perjuangannya dan beberapa pemuka agama adalah perjuangan yang berdasarkan hati nurani.
"Nurani berpihak kepada yang tertindas. Itu bagian dari kenabian, profesi dan kewajiban tokoh agama untuk memperjuangkan nilai itu," kata Benny ketika dihubungi di Jakarta, Selasa malam.
Benny menyatakan hal itu ketika diminta tanggapannya terhadap pernyataan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam. Dipo mengatakan, pernyataan Romo Benny dan Ketua KWI, Mgr Martinus D Situmorang cenderung menyerang pemerintah.
Dipo menegaskan, pernyataan dan tindakan kedua tokoh agama itu telah memasuki ranah politik praktis, sehingga dia berniat menanyakan hal itu kepada Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo.
Menanggapi hal itu, Romo Benny menyatakan, kegiatan yang berdasarkan hati nurani berbeda dengan kegiatan politik kekuasaan.
Hati nurani, katanya, selalu membimbing seseorang untuk memperjuangkan yang tertindas dan tidak menempatkan kekuasaan sebagai hal utama. Sedangkan politik selalu berorientasi pada kekuasaan.
"Saya tidak ingin jadi menteri atau jadi apa-apa, saya ini pastor," katanya.
Menurut dia, gereja katolik memberi batasan tegas bahwa seorang pastor tidak boleh terlibat dalam kegiatan politik yang berorientasi kekuasaan.
Dia menjelaskan, Imam atau Pastor memiliki tiga tugas utama, yaitu tugas menguduskan dunia, tugas kenabian melalui pewartaan keadilan, dan tugas gembala dengan melindungi sesama terutama yang lemah.
Terkait keinginan Dipo untuk mempertanyakan hal itu kepada Uskup Agung Jakarta, Romo Benny menegaskan hal itu sebagai bentuk intervensi.
Menurut dia, gereja katolik tidak bisa diintervensi oleh kekuatan yang berasal dari kekuatan politik kekuasaan duniawi. Tanggung jawab gereja katolik yang diemban oleh seorang pastor adalah menjalankan tiga tugas, yaitu pengudusan, kenabian, dan penggembalaan.(*)
(T.F008/S019)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011