Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan, pemerintah berupaya yang terbaik agar adil dan semua pihak mendapatkan haknya terkait demo ratusan peternak ayam petelur dan mahasiswa.
"Kami tentu prihatin, memang ini masalah tidak mudah baik itu telur, cabai, bawang dan lain-lain, ini masalah kita sebagai bangsa. Tentu kami semua (pemerintah) terus memperbaiki regulasi memastikan semua mendapatkan haknya," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Senin malam.
Pemerintah di berbagai tingkatan, kata Riza, berupaya memastikan konsumen mendapatkan hak untuk bisa membeli kebutuhan dengan harga terjangkau sesuai kemampuannya. Hal itu sejalan dengan peternak atau penjual yang bisa menjual barang sesuai dengan harapannya.
"Memang ini pekerjaan yang tidak mudah dan ini kewenangan pemerintah pusat. Kami di daerah akan mendukung setiap kebijakan apakah itu dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, tentu hal ini sudah dipikirkan," kata Riza.
Ratusan peternak beserta BEM dari empat universitas menggelar aksi damai di sejumlah lokasi untuk menuntut kenaikan harga telur seiring dengan harga telur yang kian anjlok di tingkat peternak.
Massa menyampaikan tuntutan di sejumlah lokasi, yakni Lapangan IRTI Monas, Kementerian Perdagangan, Komplek DPR/MPR Senayan, Kementerian Sosial, Kantor Charoen Pokphand Indonesia, Japfa dan Kementerian Pertanian di Ragunan.
Adapun tuntutan utama dari para peternak adalah pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan agar dapat menyerap telur peternak rakyat minimal 1.000 ton selama minimal satu minggu.
Para peternak mengaku harga telur di kalangan peternak mencapai Rp12.500 sampai Rp13.500 atau jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) telur berkisar Rp21.500 hingga Rp22.500.
Baca juga: Harga telur anjlok peternak dan mahasiswa gelar aksi damai
Baca juga: Aksi damai, peternak minta pemerintah serap telur seribu ton per hari
Baca juga: Peternak tagih janji pemerintah pengadaan 30 ribu ton jagung pakan
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021