Edward/Ponco mencetak skor akhir 8-6, namun harus melalui persaingan ketat sebelum lepas dari tekanan pasangan Muhammad Fadly/Jefry Zein dari Sumatera Utara dalam babak final yang berlangsung di GOR Biliar SP5 Mimika.
"Medali emas ini diraih tidak mudah juga, banyak lika-liku dan hambatan. Tapi untungnya kami bisa tahan dari tekanan dan dapat hasil yang bagus," kata Ponco saat ditemui di Timika, Senin.
Lika-liku yang dimaksud Ponco adalah jalannya pertandingan yang terpaksa terbagi ke dalam dua sesi, akibat kedua pasangan belum menyelesaikan gim poin kedelapan padahal sesi pertama yang diberi waktu 2,5 jam sudah usai.
Baca juga: Erwin/Rudy catatkan medali emas PON pertama di karir biliar
Alhasil, saat Edward/Ponco baru mengemas keunggulan 6-4 atas Fadly/Jefry di sesi pertama, laga mereka dihentikan dan baru dilanjutkan pada sesi sore.
Pada sesi kedua, DKI Jakarta mampu menjaga keunggulan hingga skor 7-4. Namun ganda putra Sumut mampu mengejar hingga skor terpaut tipis 6-7 dengan DKI Jakarta.
"Tadi lumayan tegang karena skornya hampir terkejar. Kami tetap fokus dan akhirnya menang dan dapat medali emas," tutur Edward menceritakan.
DKI Jakarta yang lebih unggul pun tak kesulitan untuk mengamankan gim poin terakhir dan memaksa ganda putra Sumatera Utara harus puas dengan medali perak.
Selain tiga emas, DKI Jakarta juga sudah mengantongi satu perak dan dua perunggu dari cabang olahraga biliar PON Papua. Perolehan perak pertama juga terjadi hari ini, melalui Rudy Hasan yang bermain di nomor carom cadre 47/2 tunggal putra.
Pada babak final sesi malam, Rudy dikalahkan pebiliar Jawa Barat yaitu Batara Marpaung dengan skor 119-130.
Pada perolehan medali perunggu, diraih Ricky/Jendi dari Bangka Belitung dan Ricky Yang/Rizkha Affandy dari Jawa Tengah.
Baca juga: Ganda putra Erwin/Rudy sumbang emas biliar PON XX pertama bagi Jatim
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021