Moskow (ANTARA News/Reuters) - Aparat keamanan memburu dua orang asal Ingushetia, daerah Rusia yang berpenduduk mayoritas muslim, karena diyakini mengatur pemboman bandara Domodedovo Moskow dua pekan lalu, kata kantor berita Interfax, Minggu.
Beberapa sumber di wilayah Kaukasus Utara Rusia juga mengatakan kepada Interfax, mereka yakin bahwa Magomed Yevloyev, seorang warga Ingushetia yang berusia 20 tahun, adalah pelaku serangan bom bunuh diri yang menewaskan 36 orang di bandara teramai Rusia itu.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan 24 Januari itu, namun pemboman itu memiliki ciri gerilyawan muslim Kaukasus Utara yang berjuang untuk mendirikan sebuah negara merdeka.
"Saat ini kami memasukkan dua orang muda yang telah menghilang ke dalam daftar buronan," kata Interfax mengutip satu sumber penegak hukum yang tidak disebutkan namanya.
Menurut sumber tersebut, kedua orang muda itu bersama Yevloyev meninggalkan desa mereka, Ali-Yurt, sebelah tenggara Nazran, kota terbesar Ingushetia, beberapa hari sebelum pemboman Moskow itu.
Pemimpin gerilya muslim Doku Umarov berjanji dalam rekaman video yang dipasang pada Jumat malam untuk menumpahkan "darah dan air mata" di Rusia tahun ini. Ia juga mengatakan bahwa seorang gerilyawan yang terlihat berdiri di sampingnya, yang bernama Seifullah, merencanakan "operasi khusus".
Rekaman 12 menit itu, yang dipasang di beberapa situs yang terkait dengan gerilyawan, tidak menyinggung-nyinggung pemboman bandara tersebut dan tidak mengatakan kapan rekaman itu dibuat, yang membuat media berspekulasi bahwa itu dibuat sebelum serangan tersebut dan Seifullah adalah pelaku pemboman itu.
"Ia (Seifullah) sangat mirip dengan foto Magomed Yevloyev," kata surat kabar oposisi Novaya Gazeta.
Moskow berulang kali dilanda serangan pada tahun lalu yang dituduhkan pada muslim garis keras dari wilayah Kaukasus Utara.
Dua pemboman yang dilakukan dua wanita penyerang bunuh diri di metro Moskow pada 29 Maret 2010 menewaskan 40 orang dan melukai lebih dari 100.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011