Karawang (ANTARA News) - LSM Camp Migrant menduga, dua tenaga kerja wanita asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terjebak di sebuah apartemen tempat mereka bekerja di sekitar Lapangan Tahrir, Kairo, yang menjadi pusat unjuk rasa di negara itu.
Koordinator Camp Migrant Karawang, Boby Anwar Ma`arif, kepada ANTARA, di Karawang, Minggu, mengatakan, kedua tenaga kerja wanita (TKW) asal Karawang itu ialah Kasem binti Tarwad, warga Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan dan Duri binti Tarmuji, warga Desa Rawagempol Wetan, Kecamatan Cilamaya Wetan, Karawang.
"Beberapa hari terakhir, masing-masing keluarga TKW yang berada di Kairo itu melapor ke Camp Migrant Karawang. Pihak keluarga meminta pemerintah memulangkan ke Tanah Air," katanya.
Pihak keluarga TKW tersebut, kata dia, khawatir dengan kondisi salah seorang anggota keluarganya yang berada di Kairo, Mesir, sehingga meminta pemerintah agar segera memulangkan mereka ke Tanah Air.
Menurut dia, pada awalnya Kasem dan Duri bekerja sebagai TKW di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Kasem berangkat melalui perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Duta Fajar Barutama dan Duri berangkat melalui PT Vita Melati Indonesia.
Tetapi, kedua TKW asal Karawang tersebut terpaksa pindah ke Kairo, karena harus ikut majikannya ke Ibukota Mesir tersebut. Hingga kini, kedua TKW tersebut masih berada di sekitar lokasi unjuk rasa menuntut diturunkannya Hosni Mubarak.
Atas hal itu, Camp Migrant Karawang meminta pemerintah daerah bersama pemerintah pusat segera memulangkan dua TKW yang terjebak di Kairo. Karena, keluarga dua TKW itu khawatir dengan kondisinya selama di Kairo.
"Apalagi, kedua TKW itu dilaporkan tinggal di sebuah apartemen yang berdekatan dengan Lapangan Tahrir," kata Boby.
Menanggapi adanya TKW yang terjebak di Kairo, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karawang, Banuara Nadeak, mengatakan, sesuai dengan data yang ada, tidak ada tenaga kerja Indonesia, termasuk TKW, yang bekerja di Kairo, Mesir.
"TKI asal Karawang kebanyakan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Suriah, Qatar, dan Kuwait. Tidak ada yang bekerja di Mesir," katanya.(*)
(KR-MAK/A041)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011