Jambi (ANTARA News) - "Kajanglako Art Center" Jambi menilai keberadaan koleksi barang antik di museum pribadi budayawan Kerinci Iskandar Zakaria, bisa menjadi cikal bakal bagi didirikannya Museum daerah Kerinci.
"Keberadaan warisan benda cagar budaya dari berbagai zaman yang telah menggambarkan perkembangan peradaban masyarakat Kerinci dari waktu ke waktu yang dikoleksi secara pribadi oleh budayawan Iskandar Zakaria pantas jadi cikal bakal beridirnya museum Kerinci jika Pemkab Kerinci berminat," kata Kepala Kajanglako Art Center Jambi Ny Rina Syafitri Rusdi Sayuti di Kerinci, Minggu.
Keberadaan museum pribadi budayawan Iskandar Zakaria di rumahnya di Sungai Ning Kota Sungaipenuh, selama ini hampir tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat.
Padahal dalam museum mini yang sederhana tersebut Iskandar menyimpan dan merawat sendiri ratusan koleksinya yang merunut sejarah peradaban Kerinci dari masa ke masa.
"Saya secara pribadi mengkritik kondisi ini, Pemda setempat seperti tidak peduli dengan etos kerja budayawan yang sangat peduli pada catatan dan bukti sejarah tentang tingginya peradaban Kerinci tersebut. Koleksi bernilai tinggi ini harus diselamatkan," katanya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Himpunan Pramuswisata Indonesia (HPI) Jambi Ir Guntur yang menyatakan koleksi-koleksi Iskandar harus secepatnya diselamatkan mengingat usia sang budayawan yang sudah semakin uzur dan terlihat sudah mulai kelelahan merawat benda-benda koleksinya.
Salah satu caranya dengan menetapkan museum mini milik pribadi Iskandar tersebut menjadi museum daerah Kerinci, sehingga keberadaan benda koleksinya tersebut selanjutnya dirawat oleh Pemkab.
Ia menilai, sebagai salah satu daerah yang memiliki sejarah peradaban paling tinggi yang dibuktikan dengan keberadaan temuan-temuan benda sejarah dan budaya peninggalan masa lampau yang bisa dirunut tahunnya, sudah seharusnya Kerinci memiliki museum.
Dengan adanya museum, benda-benda peninggalan yang ditemukan seperti arca, artefak, gerabah, kapak genggam, catatan sejarah, tambo, dan lain sebagainya akan bisa lebih terawat dan keberdaannya bisa dipertanggungjawabkan," kata Guntur.
Ia mengaku prihatin, mengingat kepedulian negara lain terhadap keberadaan kebudayaan dan peradaban suku Kerinci yang diperkirakan keturunan pertama dari suku Proto Melayu yang telah mendiami nusantara sejak abad VII sebelum Masehi tersebut, ternyata lebih ditunjukkan oleh negara Malaysia dengan menyumbangkan museum Kerinci di negara itu.
Pemkab Kerinci, melalui Kabag Humas Amri Swarta mengakui Pemkab memang belum pernah melakukan pembicaraan tentang keberadaan museum mini dan koleksi artefak budaya milik budayawan Iskandar tersebut.
"Memang belum pernah ada pembidacaan mengenai keberadaan museum dan koleksi pak Is tersebut. Namun, jika ke depannya Kerinci akan mendirikan museum maka museum dan koleksi pak Is itu satu-satunya yang akan jadi materi awalnya," katanya.
Lebih jauh ia mengakui dengan etos kerja dan idealis berkaryanya, Iskandar menunjukkan dedikasi tinggi terhadap kebudayaan Kerinci meskipun sebenarnya bukan putra daerah asli Kerinci.
Iskandar dengan swadaya terus bekerja dan berkarya termasuk dalam karya monumental, yakni Qur`an terpanjang yang telah memecahkan rekor Muri dan masuk catatan "Gueness Book Record" lima tahun lalu.
"Pemerinah dan rakyat Kerinci sangat respek dengan prestasi-prestasi tersebut," kata Amri Swarta.(*)
(T.KR-BS/E003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011