"Kami sempat stop order karena koki kita sudah enggak sanggup lagi. Kalaupun dipaksakan, mereka baru sanggup menyediakan masakan paling cepat sejam. Kasihan tamunya," kata General Manager Djuragan Dapur Dennis Iwan Lung di Jayapura, Minggu sore.
Usaha kuliner di pesisir Pantai Holtekamp itu selalu ramai disambangi konsumen sejak dibuka mulai pukul 12.00 hingga 21.00 WIT.
Kafe berkapasitas tampung 300 pengunjung itu biasa dikunjungi rata-rata 1.500 konsumen per hari selama PON bergulir. "Bahkan kalau akhir pekan seperti sekarang bisa lebih. Sebelum PON biasanya akhir pekan saja ramai. Kalau hari biasa normal, tapi saat PON, setiap hari pasti ada yang datang dan selalu full," kata dia.
Baca juga: Mengenal lebih dekat makanan "lem" papeda, kuliner khas Papua
Dennis mengatakan konsumen didominasi olehatlet dan ofisial bahkan pejabat daerah yang menggelar selebrasi kemenangan PON. Setiap tamu datang bergelombang mulai dari 50 sampai ratusan orang sekali datang.
"Kalau dihitung peningkatan pengunjung selama PON kira-kira 50 persen," kata Denis.
Situasi itu membuat pelayan dan koki Djuragan Dapur keteteran melayani tamu. Alasannya, jumlah pelayan yang bekerja baru separuh dari total kebutuhan 25 orang. Sedangkan enam koki yang bertugas terbatas dengan sarana dan prasarana dapur. "Perlu diperluas lagi dapurnya kalau mau tambah koki," kata Denis lagi.
Salah satu konsumen Djuragan Dapur dari perwakilan ofisial DKI Jakarta, Nana, mengeluh bahwa menu yang bisa dipesan untuk santap sore cuma minuman dan bakso. "Kalau menu lainnya sementara ditutup. Cuma boleh pesan bakso dulu untuk sore ini padahal baru buka dari jam 12.00 WIT, tapi jam 15.00 WIT pesan udah tutup," kata Nana.
Nana mengatakan Djuragan Dapur memiliki kelebihan dari segi harga dan varian menu yang relatif bersaing secara harga dari usaha serupa DKI Jakarta.
"Kopi itu bisa Rp15 ribu sampai Rp30 ribu. Hidangan seafood juga banyak variannya dengan harga paling mahal Rp135 ribu untuk udang bakar besar," kata dia.
Nana bersama perwakilan ofisial memilih tempat santap makan malam di pinggir pantai yang menghadap ke arah matahari terbenam di Laut Pasifik dan Jembatan Merah Jayapura. "Suasananya mirip-mirip di Jimbaran (Bali). Saya enggak sangka di Papua ada tempat seperti ini," kata dia.
Baca juga: Ragam oleh-oleh khas Bumi Cendrawasih ramaikan PON Papua
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021