Bukan hanya diperiksa, tapi diobrak-abrik. Mereka fokus pada internet yang saya buka. Suasananya begitu tegang
Madiun (ANTARA News) - Sejumlah mahasiswa Indonesia yang saat ini masih bertahan di Mesir menyayangkan pernyataan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Tanah Air yang mengklaim ratusan mahasiswa Indonesia merupakan kadernya dan ikut terlibat dalam upaya penggulingan rezim Hosni Mubarak di negeri Firaun.
"Pernyataan Sekjen PKS Anis Matta kepada sejumlah media massa di Indonesia itu bisa membunuh kami di Mesir. Mereka mendapatkan pamor di atas penderitaan kami," kata salah satu mahasiswa Universitas Al Azhar asal Kota Madiun, Jawa Timur, Ahda Zabila (25), melalui pesan yang dikirim ke akun Facebook wartawan ANTARA di Madiun, Minggu.
Ia menceritakan, pernyataan petinggi PKS tersebut telah berdampak pada banyaknya mahasiswa Indonesia di Kairo yang terkena aksi sweeping dan penggeledahan dengan jumlah aksi itu yang terus meningkat akhir-akhir ini.
"Di antaranya yang menjadi korban adalah teman kami, Bisyri Ichwan, mahasiswa Al Azhar Kairo, Fakultas Ushuluddin tingkat 2 asal Banyuwangi, Jawa Timur. Ia dan sejumlah temannya terkena aksi penggeledahan di rumahnya di kawasan Nasr City tepatnya di daerah Tubromli," katanya.
Dalam pesannya, Ahda menulis, Bisyri Ichwan, beserta empat orang teman lainnya, didatangi satu kompi tentara militer Mesir lengkap dengan senjata laras panjang pada Sabtu (5/2) siang waktu setempat.
Selama satu jam lamanya, mereka dicecar berbagai pertanyaan oleh tentara militer Mesir terkait kecurigaan sebagai pendukung aksi para demonstran.
Bukan hanya dicecar dengan pertanyaan, namun rumah mereka juga diobrak-abrik, termasuk laptop, telepon seluler, dan dokumen-dokumen tak luput dari pemeriksaan sambil menodongkan senjata laras panjang ke arah mahasiswa.
"Bukan hanya diperiksa, tapi diobrak-abrik. Mereka fokus pada internet yang saya buka. Suasananya begitu tegang," kata Achda menirukan, ungkapan temannya, Bisyri Ichwan.
Mahasiswa S-1 Ilmu Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar ini juga menceritakan, hal yang tak kalah mencekam juga dialami oleh Andi Sadli mahasiswa tingkat 5, Fakultas Syari?ah Wal Qonun, yang keluar dari asrama menuju rumah temannya di kawasan Abbas.
"Andi Sadli juga harus mendapatkan pemeriksaan ketat oleh tentara militer yang dlengkapi dengan senjata dan tank, yang berjaga di sekitar asrama di siang hari," tuturnya.
Ia menambahkan, apa yang terjadi pada Bisyri dan Andi hanyalah sebuah contoh kecil dari berbagai kemungkinan yang terjadi, menyusul pernyataan yang dilontarkan oleh Anis Matta di Gedung DPR Jumat (4/2), karena itu para tokoh di Tanah Air diharapkan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan di media massa.
Dalam pesannya, Ahda dan rekan mahasiswa lainnya mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan evakuasi terhadap WNI yang masih bertahan, karena saat ini keadaan sangat sulit, apalagi mahasiswa sudah kehabisan uang dan stok pangan yang menipis, sedangkan bantuan dari KBRI hanya mi instan.
(SAS/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150132098185280