Jayapura (ANTARA) - Manager pencak silat Provinsi Sumatera Barat Rahmat Wartira mengakui ada beban tersendiri bagi kontingennya dalam menatap partai final cabang olahraga pencak silat PON Papua.
"Sumatera Barat itu kan kampungnya silat, jadi beban kami di situ," kata dia di Jayapura, Minggu.
Pada partai final cabang olahraga pencak silat, Sumatera Barat berhasil mengirimkan dua nomor pertandingan melalui Winda Novi Yalni yang akan bertanding dalam kelas C (55-60 kilogram putri) dan nomor seni ganda putri yang diwakili Ochi Ramadhani dan Yolla Cynthiyana.
Rahmat mengatakan dengan menasionalnya bahkan mendunianya pencak silat turut membebani Sumatera Barat karena silat awalnya lahir di Ranah Minang sehingga atlet yang bakal tampil dalam final PON XX juga memiliki semacam tanggung jawab moral.
Baca juga: Winda Novi jadi tumpuan Sumbar rebut emas pencak silat PON Papua
Kendati demikian, Rahmat menyakini Sumatera Barat, terutama atlet yang akan turun bertanding, memiliki nilai lebih yakni kekayaan gerak. Dengan demikian kontingennya masih berpeluang besar menambah pundi-pundi emas PON Papua.
Sebelum final, Rahmat sengaja membawa atlet-atletnya ke Bukit Teletubbies yang terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura. Tujuannya agar para pesilat bisa menenangkan pikiran dan membangun mental.
Khusus Winda, PON Papua adalah kali pertama baginya tampil dalam pesta olahraga empat tahunan tersebut. Namun, pada pra PON lalu dia berhasil meraih medali perak. Sedangkan ganda putri seni berhasil menyumbangkan medali perunggu.
Rahmat yakin Sumatera Barat bisa meraih dua medali emas PON Papua. Pada PON edisi sebelumnya, Sumatera Barat mengumpulkan dua dua medali emas, dua medali perak dan dua medali perunggu.
Baca juga: 18 atlet akan perebutkan medali emas di final pencak silat PON XX
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021