Kairo (ANTARA News) - Ribuan pendukung Presiden Mesir Hosni Mubarak berusaha menguasai jalan-jalan menuju ke Lapangan Tahrir, pusat kota Kairo -- tempat terkonsenstrasinya pengunjuk rasa oposisi anti-Mubarak, namun dihalau tentara agar menjauh dari Tahrir.
Kelompok Pro-Mubarak mulai tampak dari Jalan Qasrul Aini, arah sebelah barat Tahrir.
"Hidup Mesir, hidup pahlawan kami Mubarak," teriak pendukung orang nomor satu di negeri Piramida itu.
Pada Jumat pagi, jalan-jalan menuju ke Tahrir tampak sepi, namun sekitar pukul 8.30 waktu setempat atau setengah jam setelah berlalunya pemberlakuan jam malam, para pendukung Mubarak mulai terlihat dari arah jalan Qasrul Aini.
Jam malam berlaku mulai pukul 15.00 hingga pukul 8.00 pagi sejak Jumat pekan lalu.
Pendukung Mubarak juga datang dari Jalan Cornesh Nil dan dari sisi kanan gedung Museum Nasional. Saling lempar batu dan bom molotov pun kembali pecah, setelah beberapa jam tenang.
Sejumlah tentara bersenjata lengkap berusaha membuat barikade untuk memisahkan kedua kelompok berseberangan tersebut, namun kewalahan menahan saling lempar batu dan bom molotov dari kedua pihak.
Seorang tentara terlihat lari terbirit-birit sambil memegang kepalanya yang berdarah terkena lemparan batu.
Rentetan tembakan sporadis terdengar dari Cornesh Nil, namun belum jelas siapa yang menembak.
Seorang wartawan foto dari Suriah yang sedang mengambil gambar didorong oleh beberapa tentara untuk menjauh.
Sejumlah wartawan asing bergerombol di Jalan Talat Harb, sisi sebelah timur Tahrir karena dilarang masuk bundaran tersebut.
Beberapa wartawan mengatakan mereka telah mencoba masuk ke Tahrir dari sisi Jalan Qasrul Aini melewati jalan belakang kampus Universitas Amerika, namun dihalau keluar oleh tentara.
"Waduh, gawat ini," teriak seorang wartawati Prancis sambil menenteng kameranya.
Semua wartawan yang mendekati Tahrir diperiksa identitas kartu wartawannya.
Begitu pula setiap orang yang memasuki kawasan Bundaran Tahrir diperiksa identitasnya oleh tentara.
Polisi hingga saat ini belum berfungsi sejak Jumat pekan lalu.
Di beberapa sisi jalan di bawah Jembatan Sitta Oktober, arah utara Tahrir, tampak sejumlah dokter relawan pria dan wanita sibuk mengobati korban luka memar.
Ameer, seorang pengunjuk rasa anti-Mubarak mengatakan mereka akan terus bertahan di Tahrir hingga Mubarak jatuh.
"Kami akan shalat Jumat di Tahrir dan akan tetap berada di sana," kata Ameer, yang baru saja menjalani pengobatan akibat luka terkena batu di keningnya, sambil meminta botol berisi air minum dari tangan ANTARA.
Oposisi merencanakan kembali akan melancarkan aksi demonstrasi seusai shalat Jumat, sebagaimana di lakukan pekan lalu yang disebut "Revolusi Jumat."(*)
(T.M043/M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011