Jakarta, 4/2 (ANTARA) - Salah satu komoditas yang digenjot produksinya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah rumput laut. Sebagai salah satu komoditas andalan, KKP tengah menyiapkan 60 klaster untuk memacu produksi sebesar 10 juta ton rumput laut hingga 2014. Hasilnya, produksi tahun 2010 sebesar 3,082 juta ton atau melewati target yang telah ditetapkan KKP sebesar 2,574 juta ton. Disampaikan "Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad" dalam kunjungannya bertemu dengan kelompok pembudidaya rumput laut di Desa Kuteh, Kabupaten Badung, Propinsi Bali hari ini (4/2).
Sebagai komoditas unggulan, produksi rumput laut menyumbang utama produksi perikanan budidaya. Setiap tahun produksi rumput laut terus mengalami peningkatan, dari sebesar 2,574 juta ton pada tahun 2009 menjadi 3,082 juta ton pada tahun 2010. Dalam rangka merealisasikan target produksi rumput laut, KKP akan menempuh dua langkah. "Pertama", ekstensifikasi atau memperluas atau menambah unit usaha budidaya. "Kedua", intensifikasi atau peningkatan jumlah produksi melalui penambahan jumlah setiap unit usaha budidaya untuk pengembangan rumput laut, potensi lahan di teluk maupun perairan pantai Indonesia masih sangat luas. Saat ini lahan untuk rumput laut didata seluas 4,5 juta hektar.
Saat ini KKP bersama pemerintah Daerah (Pemda) dan swasta telah membangun 12 klaster rumput laut yang tersebar di Sumenep Jawa Timur, Gorontalo, Pangkep Sulawesi Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten Serang Banten, Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang Sulawesi Tengah,Polewalimandar Sulawesi Barat dan Bau Bau Sulawesi Tenggara. Selain itu, KKP juga akan membatasi ekspor rumput laut dalam bentuk kering ("dried seaweed") pada 2012 guna mendorong tumbuhnya industri pengolahan dalam negeri.
Hingga tahun 2008, sebanyak 15% rumput laut yang diekspor dalam bentuk olahan oleh Indonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk kering. KKP menyiapkan tiga opsi kebijakan tentang pengembangan pengolahan rumput laut.
"Pertama", eksportir rumput laut kering harus terdaftar dan wajib memiliki pabrik pengolahan di dalam negeri. "Kedua", pemerintah membatasi ekspor rumput laut kering. "Ketiga", memberikan wewenang kepada koperasi untuk melakukan ekspor rumput laut.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi Dr.Yulistyo Mudho,M.Sc (HP.0811836967) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"DATA DUKUNG"
Tabel 1. Produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama, 2009-2010
(satuan: ton)
No. Rincian 2009 2010
JUMLAH 4.780.100 5,478,062
1. Rumput laut 2.574.000 3.082.113
2. Catfish 332.600 417.610
- Patin 132.600 144.056
- Lele 200.000 273.554
3. Nila 378.300 469.173
4. Bandeng 291.300 483.948
5. Udang 348.100 352.600
6. Mas 254.400 374.112
7. Gurame 38.500 74.912
8. Kakap 4.600 1.776
9. Kerapu 5.300 18.805
10. Lainnya 553.000 203.015
Tabel 2. Proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama, 2011 - 2014
(*Satuan : ton)*
No. Rincian 2011 2012 2013 2014 Kenaikan Kenaikan
rata -
rata (%) 2009 ke 2014
2009-
2014 (%)
Jumlah 9.415.700 13.020.800 16.891.000 29 353
27 38 38 30
1. Rumput 3.504.200 5.100.000 7.500.000 10.000.000 32 389
Laut
2. Catfish 749.000 1.146.000 1.777.000 2.783.000
- Patin 383.000 651.000 1.107.000 1.883.000 70 1420
- Lele 366.000 495.000 670.000 900.000 35 450
3. Nila 639.300 850.000 1.105.000 1.242.900 27 329
4. Bandeng 419.000 503.400 604.000 700.000 19 240
5. Udang 460.000 529.000 608.000 699.000 15 201
- Udang
windu 115.720 128.700 148.500 188.000 13 182
- Udang
vaname 344.280 400.300 459.500 511.000 16 209
6. Mas 280.400 300.000 325.000 350.000 7 138
7. Gurame 42.300 44.400 46.600 48.900 5 127
8. Kakap 5.500 6.500 7.500 8.500 13 185
9. Kerapu 9.000 11.000 15.000 20.000 31 377
10. Lainnya 738.800 925.400 1.032.700 1.038.700 14 188
INFO TAMBAHAN:
"Awig-Awig" Membawa Pokdakan Sari Segara Raih Juara
Hujan menyambut kami saat memasuki desa Kutuh, Kabupaten Badung, disamping sambutan lainnya yaitu pemandangan biru pantai dengan hamparan budidaya rumput laut "Cotonii sp" yang mengintip dari celah tebing kapur. Dari kawasan inilah Pokdakan Sari Segara merintis karya mereka dalam membantu mensejahterakan masyarakat. Pokdakan Sari Segara merupakan pemenang I kategori pokdakan rumput laut dalam penghargaan Adibakti Mina Bahari (AMB) tahun 2010.
Pilihan tim penilai untuk menentukan pokdakan ini menjadi juara memang tidak salah. Hal ini terlihat dari kekompakan 52 orang anggotanya. Mereka mempunyai suatu koperasi dengan pola kemitraan pemasaran yang sudah terjalin luas dan juga terhubung dengan dunia maya internet. Tak jarang pembeli rumput laut melakukan transaksi pembelian melalui email dan telepon, tidak harus ke lokasi. Dari segi sosial, kelompok ini juga mempunyai keperdulian yang cukup tinggi terhadap masyarakat sekitar. Sebagai contoh anggota kelompok selalu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk pembangunan pura serta sumbangan lainnya, seperti kematian.
Adalah hukum kearifan lokal "Awig-Awig" yang menjadi alat penyatu mereka hingga pokdakan ini maju dan mendapat meraih penghargaan (AMB). Awig-Awig yang juga merupakan anggaran dasar rumah tangga, didalamnya mengatur para anggota kelompok untuk tidak menjual hasil panen rumput laut di pada pihak lain, selain koperasi. Bagi mereka yang melanggar kearifan lokal ini sebanyak tiga kali, maka akan berakibat dikeluarkan dari kelompok tanpa mendapat hasil pembagian keuntungan anggota koperasi, yang pada akhirnya merugikan diri sendiri. Sekilas, hukum ini tampak sederhana, namun bila tidak dijalankan dengan baik maka dikhawatirkan akan merusak harga pemasaran rumput laut yang akan berimbas pada turunnya kualitas rumput laut. Sisi positif lain dari Awig-Awig adalah para tengkulak tidak dapat mempermainkan harga, sehingga diharapkan lambat laut kesejahteraan pembudidaya dapat meningkat. Sebagai gambaran, saat ini keuntungan setiap pembudidaya berkisar 1,5 juta setiap siklus (45 hari), tutur ketua Pokdakan, Ketut Lencana.
Memang budidaya rumput laut sangat menjanjikan, dengan modal yang cukup kecil yaitu 6,5 juta per orang.
Produksi "Cotonii sp" dari pokdakan ini juga cukup tinggi yaitu 160 ton rumput laut basah dalam jangka waktu tanam yang hanya 45 hari. Dari volume ini, mereka bisa menghasilkan 20 ton rumput laut kering yang siap dipasarkan tiap 45 hari. Keberhasilan ini bukanlah tanpa hambatan. Benih merupakan hambatan utama lanjut Ketut Lencana. Selama ini belum ada peremajaan benih, lanjutnya. Namun demikian, kelompok sekarang telah mempunyai kebun bibit, dengan peremajaan hanya dilakukan dengan sistem "klon", yaitu mengambil rumput laut yang muda-muda yang berumur kurang dari 25 hari. Sementara itu pasar bukanlah menjadi kendala bagi mereka.
Peranan pemerintah dalam mendukung keberadaan kelompok ini juga cukup besar. Made Batra selaku Kadis Kelautan dan Perikanan menuturkan bahwa Pemda membuat bangunan/lapak permanen untuk pembudidaya melakukan aktivitas pengikatan rumput laut sebelum ditanam, juga melakukan pembongkaran, Selain itu Pemda juga membangun para-para penjemuran rumput laut sehingga pembudidaya dapat menjual hasil panen dengan kualitas yang baik dan menyimpan rumput laut hingga harga yang cukup bagus di pasaran.
Lebih lanjut, peran Pokdakan terhadap lingkungan tidak cukup hanya pada kaum laki-laki pembudidaya saja, mereka juga memberdayakan kaum perempuan.Istri-istri pembudidaya melakukan pengolahan rumput laut menjadi krupuk, manisan, sirup, cendol, es rumput laut, dodol dan jelly, santapan yang enak dan dikemas apik. Jadi saat berkunjung ke Bali, jangan lupa berburu makanan rumput laut yang bisa langsung dinikmati atau dijadikan buah tangan yang menarik.
Sementara itu, Pantai Geger, Nusa Dua merupakan salah satu lokasi budidaya Rumput laut yang cukup berkembang. Masyarakat mulai melakukan usaha budidaya di lokasi ini pada tahun 1990, sampai dengan sekarang hampir seluruh hamparan pesisir pantai Geger menjadi lahan budidaya Rumput laut.
Jenis Rumput laut yang dikembangkan di lokasi ini antara lain
"Eucheuma "cottonii jenis "sachooll", Merauke, Sumba, alvarezii *dan lainnya. Perkembangan budidaya Rumput laut di daerah ini sangat cepat meningkat. Indikator yang dapat dilihat adalah perkembangan luas areal dan jumlah pembudidaya Rumput laut. Menurut pembudidaya rumput laut jenis cottonii dan sakul yang kami temui Bpk. Made Rempon luas areal budidaya di Pantai Geger kurang lebih 30 Ha dengan jumlah pembudidaya kurang lebih 50 orang, rata-rata setiap pembudidaya memiliki minimal 300 tali budidaya yang membutuhkan lahan kurang lebih 0,5 Ha dan kegiatan tanam dan panen dilakukan hampir setiap hari. Rumput laut tersebut dijual kepada pengumpul dengan harga Rp. 12.500 per kilogram.
Namun, saat ini peruntukan lokasi pantai geger tidak hanya untuk budidaya Rumput laut. Lokasi ini menjadi salah satu objek wisata, telah banyak wisatawan asing yang mengunjungi lokasi ini. Pemerintah daerah tetap memprioritaskan peruntukan lokasi adalah untuk usaha budidaya Rumput laut, sehingga masyarakat yang berbudidaya Rumput laut di daerah ini tidak perlu cemas.
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011